Jembatan, khususnya di Indonesia yang berada dalam zona tektonik aktif berpotensi
mengalami gempa dalam skala besar hingga kecil, merupakan salah satu
infrastruktur penting yang berperan dalam mendukung sistem transportasi darat,
sehingga diharapkan mempunyai struktur tahan gempa. Peraturan terkait
perencanaan dan pembebanan jembatan untuk mengakomodir kondisi seismik
terhadap gempa di Indonesia terus diperbaharui mengikuti perkembangan yang ada,
dengan perubahan terakhir pada tahun 2016 yaitu SNI 2833:2016, SNI 1725:2016
serta Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2017. Karena hal tersebut jembatanjembatan
yang belum mengadopsi peraturan terbaru tersebut perlu dilakukan
pengecekkan atau evaluasi. Metode/pendekatan yang berkembang untuk
pengecekkan dan evaluasi saat ini adalah evaluasi kinerja (Performance Based-
Evaluation) yang mengadopsi Performance Based Seismic Bridge Design (PBSD).
Ada beberapa dokumen yang merangkum pedoman terkait PBSD, seperti National
Cooperative Highway Research Program/NCHRP 440 (2013), NCHRP 949
(2020), dan ASCE 41-17, dimana dalam dokumen-dokumen tersebut evaluasi
dilakukan untuk mendapatkan level/tingkatan kinerja struktur terhadap beban
gempa yang dibagi dalam beberapa kategori.
Penelitian ini menerapkan metode PBSD berdasarkan dokumen National
Cooperative Highway Research Program/NCHRP 440 (2013) dan NCHRP 949
(2020) untuk mengevaluasi elemen penahan lateral yang menerima beban gempa,
yaitu Pier/Kolom. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap jembatan beton
integral (continuous) eksisting dengan studi kasus jembatan tol multi span.
Jembatan ini terdiri dari 10 bentang dengan total Panjang panjang 400meter,
memiliki 2 Abutment dan 9 Pier dengan konfigurasi 3 bentang simple span, 4
bentang integral, 3 bentang integral. Permodelan jembatan dilakukan terhadap
keseluruhan struktur jembatan berdasarkan gambar Shop Drawing menggunakan
bantuan software Midas Civil 2022. Struktur jembatan ini, khususnya elemen
pier/kolom yang terbuat dari material beton bertulang sehingga dapat diidentifikasi
sebagai batas kerusakan struktur jembatan pasca gempa untuk penentuan kinerja
struktur. Model jembatan dianalisis secara linear menggunakan analisis Respon
ii
Spektra sesuai SNI 2833 dan SNI 1725 untuk mendapatkan Demand Capacity ratio
(D/C Ratio). Kemudian dilakukan penilaian kinerja menggunakan fiber model
dengan analisis non-linear dengan Non-Linear Time History (gempa riwayat
waktu) menggunakan 3 pasang ground motion (rekaman gempa) sesuai masingmasing
mekanisme sumber gempa (Sesar Dangkal, Benioff, Megathrust), baik
gempa periode ulang 100 tahun maupun 1000 tahun, berdasarkan Peta Deagregasi
Bahaya Gempa Indonesia 2022 yang mewakili kondisi lokasi jembatan untuk
mendapatkan kriteria dan kinerja jembatan. Masing-masing ground motion
dilakukan penskalaan/matching terhadap respon spektra pembebanan gempa batas
atas (upper level: periode ulang 1000 tahun) dan batas bawah (lower level: periode
ulang 100 tahun).
Dalam penelitian ini membandingkan perbedaan pendekatan penilaian dalam
dokumen NCHRP 949 dan NCHRP 440 untuk studi kasus yang digunakan.
Penilaian target kinerja untuk dokumen NCHRP 440 dimodifikasi dengan
menggunakan target tingkat kinerja NCHRP 949, dimana target kinerja yang
diharapkan dari jembatan ini adalah Fully Operational terhadap beban gempa
lower-level dan Life Safety untuk beban gempa upper-level. Hasil penelitian
menunjukkan kinerja jembatan masih sesuai dengan target tingkat kinerja yang
diharapkan, berdasarkan parameter batasan regangan dari dokumen NCHRP 949
dengan kinerja yang paling rendah yaitu Life Safety untuk material beton dan Fully
Operational untuk material baja tulangan. Sementara itu berdasarkan batasan dari
dokumen NCHRP 440 baik parameter regangan beton, baja, dan drift ratio, kinerja
yang paling rendah adalah Operational. Hasil penelitian menunjukkan pendekatan
regangan berdasarkan NCHRP 949 untuk material beton yang menggunakan
rekaman gempa batas atas (upper-level) merupakan pendekatan yang lebih
konservatif untuk menentukan tingkatan kinerja seismik pada struktur jembatan.