digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Minerva Andrea Wijaya
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Demensia merupakan sebuah tantangan global dalam bidang kesehatan yang memengaruhi kualitas hidup individu dan keluarganya. Penyakit neurodegeneratif ini menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang signifikan pada penderitanya, memengaruhi interaksi sehari-hari dan memunculkan Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD). Berbagai jenis demensia seperti Alzheimer's Disease, Vascular Dementia, Dementia with Lewy Body, dan Frontotemporal Dementia menimbulkan gejala yang beragam, memerlukan penanganan yang khusus dan responsif. Kualitas hidup ODD, caregiver, dan keluarganya terancam oleh permasalahan seperti stigma, terbatasnya sumber daya, dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan. Selain itu, peningkatan jumlah ODD membutuhkan perhatian lebih terhadap kurangnya jumlah caregiver yang terampil dan fasilitas medis yang memadai. Laporan World Alzheimer Report 2022 menunjukkan bahwa sebagian besar ODD tidak terdiagnosis secara global, dan diperkirakan jumlah penderitanya akan meningkat secara signifikan di masa mendatang. Respons terhadap permasalahan demensia dapat dilakukan melalui implementasi desain arsitektural yang responsif terhadap kebutuhan sensorik penderita. Pendekatan User-Centered Design menjadi krusial dalam merancang fasilitas yang mengakomodasi beragam gejala BPSD dan tahap-tahap demensia. Konsep Neuro-architecture menjadi relevan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan penderita, menyesuaikan aspek sensorik seperti pencahayaan, warna, dan organisasi ruang. Fasilitas perawatan kesehatan khusus bagi ODD diperlukan untuk menanggapi Sustainable Development Goal (SDG) 3, yaitu memastikan kesehatan yang baik dan kesejahteraan bagi semua individu. Fasilitas ini harus mengurangi stigma, menyediakan akses layanan kesehatan yang merata, dan mengurangi gejala penurunan kognitif dengan menciptakan lingkungan yang memperhatikan respons sensorik penderita. Dengan merumuskan dan merancang fasilitas yang mempertimbangkan kebutuhan sensorik dan keberagaman gejala demensia, diharapkan kualitas hidup penderita meningkat, beban terhadap caregiver berkurang, dan adanya dukungan yang lebih baik bagi penderita dan keluarganya. Langkah ini mendukung upaya untuk meningkatkan layanan kesehatan, memerangi stigma, dan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh ODD serta komunitasnya. Respons terhadap permasalahan demensia membutuhkan upaya lintas sektor, melibatkan desain arsitektural yang responsif dan berfokus pada penderita sebagai pusat perhatian dalam pembangunan fasilitas perawatan kesehatan.