digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Rifka Novalusiana
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Jakarta sebagai kota metropolitan merupakan pusat perekonomian, bisnis, dan perdagangan dengan berbagai kegiatan berlangsung di dalamnya. Meskipun kini tidak lagi menyandang status sebagai ibukota, Jakarta diarahkan sebagai Kota Global yang menyelenggarakan kegiatan internasional di dalamnya, termasuk pariwisata. Dalam upaya mewujudkan Jakarta sebagai destinasi wisata berkelas dunia, diperlukan penyelenggaraan pariwisata yang mumpuni baik itu dalam pengelolaannya hingga kontibusinya terhadap pengembangan kota tersebut. Salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai destinasi pariwisata urban adalah Kawasan Blok M di Jakarta Selatan. Blok M sejak awal pengembangannya dengan atraksi pusat perbelanjaan dan kuliner sudah menarik minat masyarakat terutama anak muda untuk datang ke sana. Kawasan pariwisata Blok M disebutkan memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai wisata belanja, wisata kesenian, pusat entertain, wisata MICE, serta wisata kuliner. Dengan melihat keunggulan dan perkembangan yang masif diKawasan Blok M, penetapannya sebagai kawasan pariwisata urban memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan kota. Dalam kepariwisataan terdapat komponen 3A yaitu atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Ketiga komponen ini menjadi hal-hal dasar yang seharusnya terpenuhi dalam suatu destinasi wisata. Tidak hanya itu, konsep pengembangan juga penting untuk menentukan arah gerak suatu destinasi. Lebih lanjut lagi, konsep berkelanjutan ditunjuk menjadi dasar pariwisata urban di Jakarta. Hal ini sejalan dengan visi pemangku kepentingan terkait untuk mewujudkan Jakarta sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan. Namun, masih terdapat tantangan pengembangan dari kondisi komponen 3A yang masih belum maksimal serta ketiadaan arahan lanjutan mengenai konsep berkelanjutan. Jika dibandingkan dengan tujuan awal pemerintah, permasalahan yang dijelaskan sebelumnya menjadi penghambat dalam mewujudkan tujuan tersebut. Kesiapan komponen 3A dan implementasi konsep berkelanjutan pada Kawasan Blok M perlu diketahui untuk menilai perwujudan visi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan Kawasan Blok M sebagai destinasi pariwisata urban berkelanjutan di Jakarta melalui indikator penilaian dari masing-masing komponen 3A dan konsep berkelanjutan yang terdiri dari pengelolaan, sosial budaya lingkungan, dan ekonomi. Komponen dan indikator penilaian disusun melalui sintesa berbagai literatur yang relevan dengan pariwisatav urban berkelanjutan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Penelitian kesiapan dilakukan dengan menggunakan metode skoring atau pemberian nilai dengan mengacu pada keterangan penilaian yang telah disusun. Berdasarkan hasil analisis, masing-masing komponen 3A sudah dinilai siap dalam mendukung keberjalanan pariwisata urban di Kawasan Blok M dengan persentase sebesar 84%. Komponen tertinggi diraih oleh amenitas, sedangkan aksesibilitas mendapatkan nilai terendah. Kawasan Blok M yang strategis dan telah lama berkembang menjadi tujuan wisata masyarakat membuat amenitas dan aksesibilitas di dalam dan sekitar kawasan sudah lama terbangun dan melayani kebutuhan wisatawan. Atraksi di dalam kawasan juga memerlukan perhatian agar tetap mempertahankan posisinya di tengah banyaknya destinasi wisata urban baru yang muncul. Walaupun sudah dinilai siap, masih terdapat ruang untuk improvisasi pada masing-masing komponen khususnya dalam menghadapi tantangan yang mengancam penyelenggaraan pariwisata. Tingkat kesiapan Kawasan Blok M dalam menerapkan konsep berkelanjutan masih berada pada kategori cukup siap dengan persentase sebesar 75%. Komponen pengelolaan dan lingkungan berkelanjutan diketahui menjadi faktor yang melemahkan penilaian. Sedangkan implementasi ekonomi dan sosial budaya berkelanjutan sudah dinilai siap. Diperlukan penyelarasan arah gerak antar pemangku kepentingan untuk menyokong kekurangan pada masing-masing komponen. Kesiapan destinasi untuk menerapkan konsep berkelanjutan secara tidak langsung berdampak pada tingkat keberdayaan pariwisata serta seluruh pendukung di dalamnya.