digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Mikael Tristan Aristo
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Masyarakat urban merupakan bagian penting dari perkembangan global terutama pada bidang ilmu pengetahuan dan ekonomi. Sebesar 56,7% dari masyarakat Indonesia tinggal di perkotaan dan diproyeksikan bahwa pada tahun 2035, angka tersebut akan meningkat hingga 66,6%. Kawasan ini didominasi oleh aktivitas bisnis dan ekonomi yang mendorong gaya hidup modern dengan karakter serba cepat, peningkatan mobilisasi, seni multitasking, produktivitas, instan, dan praktis. Kondisi urban yang terus mendorong manusia untuk bergerak dan berkembang membuat manusia tidak memiliki waktu untuk diam. Hal ini berjalan bersamaan dengan fenomena urban stress yang diakibatkan aktivitas dan lingkungan perkotaan. Jakarta juga berada pada posisi ke-9 dan ke-13 pada tahun 2021 dan 2023 dalam urutan kota paling stress di dunia. Urban stress dan stress secara umum memiliki korelasi negatif dengan kualitas dan tingkatan well-being masyarakat kota. Well-being memiliki signifikansi yang tinggi pada lingkungan perkotaan karena korelasi positifnya dengan performa dalam bekerja. Aktivitas kontemplasi dinilai efektif dalam meningkatkan tingkat well-being praktisinya. Namun, hal ini sulit dilakukan karena karakteristiknya yang bertolak belakang dengan karakteristik masyarakat perkotaan. Hal ini menimbulkan urgensi pengadaan ruang kontemplasi bagi masyarakat kota. Peningkatkan intensitas mobilisasi oleh masyarakat urban mendorong peningkatan layanan transportasi publik serta menjadikannya sebagai elemen esensial bagi masyarkat kota. Hal ini ditunjukan melalui volume dan intensitas penggunaan transportasi publik yang tinggi, terutama KRL pada wilayah Jabodetabek. Meninjau kondisi dan karakteristik masyarakat kota serta signifikansi transportasi publik bagi masyarakat kota, diperlukan objek arsitektural yang mengintegrasikan ruang mobilisasi dengan ruang kontemplasi sebagai media penyembuhan. Integrasi dilakukan melalui objek stasiun pada Stasiun KRL Sudirman yang terletak pada kawasan segitiga emas dengan potensi tingkat stress tertinggi. Letaknya pada Kawasan Berorientasi Transit Dukuh yang terhubung dengan moda transportasi lain seperti LRT Jabodetabek, KA bandara, dan MRT berdampak pada peningkatan intensitas volume pengguna ruang. Perancangan stasiun akan membawakan narasi dengan pendekatan desain sensori untuk menciptakan stimuli serta memicu, meningkatkan kualitas, dan mempertahankan aktivitas kontemplasi.