Pertanian pinggiran kota (peri urban agriculture; PUA) menjadi topik yang
semakin relevan di Belahan Bumi Selatan (the Global South) karena daerah-daerah
ini terus mendapatkan tekanan dari aktivitas perkotaan dengan berkembangnya
kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan lahan lainnya. Pertanian pinggiran kota,
sebagai sumber makanan lokal, dapat memainkan peran penting dalam berbagai
aspek. Karakteristik peri-urban di negara berkembang berbeda dengan negara maju.
Di negara berkembang, wilayah pertanian yang masif terdampak dari ekspansi
perkotaan (urbanisasi). Salah satunya adalah wilayah sentra pangan. Bagaimana
wilayah tersebut sampai saat ini masih bertahan terhadap urbanisasi menjadi bagian
penting dari penelitian ini. Peran petani dan juga komunitas pertanian sebagai aktor
kunci menjadi bagian penelitian yang penting untuk menjelaskan sikap petani
masih bertahan sampai saat ini.
Berbagai penelitian terkait belum ada yang melihat sebagai satu kesatuan, mulai
dari menjelaskan proses ekspansi perkotaan dan dampaknya terhadap pertanian,
mentipologikan karakteristik pertanian, menjelaskan sikap petani terhadap tekanan
urbanisasi, dan keterkaitan keduanya. Dimensi fisik-spasial, ekonomi sampai
perilaku dibahas secara berkesinambungan dalam disertasi ini. Hipotesisnya adalah
karakteristik pertanian dan jenis petani yang berbeda menyebabkan perbedaan
respon dalam memastikan keberlanjutan pertanian di setiap wilayah. Oleh karena
itu, kondisi ini memiliki konsekuensi penting untuk perencanaan wilayah kedepan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman sistematis dan
mendalam dampak urbanisasi terhadap keberlanjutan pertanian dilihat dari sisi
dinamika spasial, karakteristik, tipologi, dan hubungan antara pola spasial dan
pertanian.
Untuk membuktikan hipotesis diatas pendekatan penelitian yang digunakan adalah
studi kasus. Studi kasus penelitian ini multi-skala: global, wilayah, lokal, dan rumah
tangga di sekitar Jakarta Raya, utamanya Kabupaten Karawang sebagai salah satu
pusat produksi pertanian yang terdampak langsung urbanisasi. Berbagai tinjauan
literatur ekstensif, dan analisis, seperti K-means clustering, analisis faktor, tabel
matriks logik, Qualitative Comparative Analysis (QCA) dan analisis spasial
digunakan dalam penelitian ini. Berbagai temuan diuraikan per bab secara
i
berurutan untuk menjawab setiap sasaran yang telah ditentukan. Hasil penelitian
diuraikan sebagai berikut:
Saat ini urbanisasi semakin masif memengaruhi keberlanjutan PUA. Keberadaan
PUA sangat penting untuk melindungi seluruh ekosistem wilayah. Wilayah
perkotaan mendapatkan manfaat terbesar dari lestarinya PUA. Sub-ekosistem
pinggiran kota yang rusak juga akan berdampak negatif pada wilayah disekitarnya,
yang diindikasikan dengan meningkatnya bencana dan kekurangan pangan. Oleh
karena itu, mengenali karakteristik pertanian pinggiran kota menjadi bagian penting
dalam rangka memastikan keberlanjutan PUA. Analisis klasterisasi K-means
menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk melakukan pentipologian
karakteristik PUA. Hasilnya menggambarkan keragaman kondisi pertanian
berdasarkan intensitasnya. Semakin tinggi intensitas pertanian di wilayah pinggiran
kota, semakin seragam tipologi jenis pertaniannya, semakin luas lahan, dan
semakin banyak jumlah petaninya. Tipologi PUA dapat memberikan berbagai opsi
perencanaan kebijakan pemerintah, baik kearah konservatif maupun eksploitatif
dan juga memahami posisi pada rezim pertanian (productivism, post-productivism,
atau multifunctional).
Menilik lebih dalam hasil tipologi ini, berdasarkan karakteristik PUA, dapat
disederhanakan konteksnya menjadi mempertahankan pertanian dapat dilihat dari
perspektif, subjek dan objeknya. Subjek dalam hal ini petani bermakna
mempertahankan aktivitas, sedangkan objek bermakna petani yang
mempertahankan properti/lahannya. Selain keduanya, kebijakan juga menjadi
aspek karena menyangkut regulasi. Jenis petani beragam antara lain petani pemilik,
penggarap, pemilik-penggarap, penyewa, dan penggadai. Salah satu yang
memengaruhi keputusan mempertahankan pertanian adalah jenis petani dan
karakteristik pertanian. Oleh karenanya, menjelaskan kausalitas antara keduanya
menjadi sasaran akhir untuk mengetahui cara mempertahankan pertanian,
utamanya PUA.
Kebaruan yang dihasilkan adalah pertama berkontribusi terhadap debat posisi
pertanian pinggiran kota yang sangat rentan berubah, namun berdampak besar
terhadap jasa lingkungan wilayah sekitarnya, terutama wilayah perkotaan, sehingga
perlu dipertahankan. Kedua, urbanisasi tidak selalu mengancam keberlanjutan
lahan pertanian, tetapi beberapa diantaranya berupa pergeseran aktivitas perdesaan.
Ketiga, pertanian tidak serta merta berkontribusi terhadap keberlanjutan wilayah,
diperlukan kontribusi dari beragam aspek/sektor dibandingkan peningkatan
intensitas pertanian itu sendiri. Keempat, telah dihasilkan set variabel baru dalam
pentipologian wilayah yang dapat secara spesifik mendeteksi perbedaan yang
signifikan pada wilayah yang berdekatan berdasarkan intensitas pertaniannya.
Kelima, tekanan urbanisasi sangat memengaruhi sikap petani terhadap
keberlanjutan pertanian.