digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat mengubah paradigma dalam pengembangan sanitasi. Salah satu upaya yang dilakukan terhadap pengembangan sanitasi adalah Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) yang merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan. Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah menerapkan program SANIMAS, namun masih terdapat beberapa lokasi yang belum dapat melaksanakan pengelolaan secara berkelanjutan. Kelurahan Babakan Sari dan Kelurahan Sukapura merupakan dua kelurahan yang mendapatkan infrastruktur SANIMAS melalui Program Citarum Harum. Meskipun berdasarkan data keberfungsian kedua lokasi tersebut dinyatakan berfungsi, namun berdasarkan observasi awal, kedua lokasi belum dapat melaksanakan pengelolaan secara berkelanjutan dengan permasalahannya masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keberlanjutan SANIMAS pada kedua lokasi, yang dimulai dengan validasi faktor-faktor penentu keberlanjutan kepada para pakar/ahli kemudian uji Relative Importance Index (RII) yang hasilnya dijadikan dasar penyusunan kuesioner kepada pengurus dan penerima manfaat. Hasil skoring kuesioner kemudian dianalisis dengan perangkat lunak RAPFISH /RAPWASTMAN (Rapid Appraisal For Fisheries/Wastewater Management) yang mendapatkan status cukup keberlanjutan pada aspek teknis dengan nilai 54,10 untuk SANIMAS Babakan Sari dan 68,74 untuk SANIMAS Sukapura. Cukup berkelanjutan untuk aspek kelembagaan dengan nilai masing-masing 62,32 dan 52,04, cukup berkelanjutan untuk aspek lingkungan dengan nilai masing-masing 57,62 dan 72,06, kurang berkelanjutan untuk aspek ekonomi dengan nilai masing-masing 39,96 dan 49,94 dan cukup berkelanjutan untuk aspek sosial budaya dengan nilaimasing-masing 53,28 dan 63,06. Hal ini menunjukkan dalam penyusunan strategi peningkatan keberlanjutan perlu memprioritaskan aspek ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor teknis ( kerusakan jaringan perpipaan) di SANIMAS Babakan Sari dan faktor sosial (keengganan pemanfaat membayar iuran) di SANIMAS Sukapura. Strategi jangka pendek untuk meningkatkan keberlanjutan pada aspek ekonomi di SANIMAS Babakan Sari dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas pelayanan agar pengelola memiliki tambahan dana untuk biaya operasional, pengumpulan minyak jelantah untuk dijual kembali sebagai pengembangan alternatif pendanaan untuk strategi jangka menengah dan pengajuan kerjasama dengan organisasi AKSANSI (Asosiasi KSM Sanitasi Seluruh Indonesia) yang merupakan wadah bagi pengelola IPAL berbasis masyarakat di seluruh Indonesia sebagai strategi jangka panjang. Strategi jangka pendek untuk meningkatkan aspek ekonomi di SANIMAS Sukapura dapat dilakukan melalui pendekatan budaya dengan menggencarkan budaya perelek ( tradisi masyarakat sunda berupa pengumpulan beras atau uang dari warga yang digunakan untuk kepentingan umum maupun membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan ) yang sudah dilakukan oleh sebagian warga masyarakat. Kerja sama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat membayar iuran dapat dilakukan sebagai strategi jangka menengah. Strategi jangka panjang dapat berupa inovasi bentuk iuran sehingga menarik minat masyarakat penerima manfaat.