PLTU X merupakan salah satu pembangkit listrik terbesar di kotanya dengan
kapasitas 660 MW. Sistem operasional unit PLTU memiliki klasifikasi area dan
komponen tertentu yang mengaplikasikan sistem pemeliharaan korektif.
Maintenance yang dilakukan mempengaruhi downtime, availability loss, biaya
pemeliharaan, dan tingkat keandalan sehingga melatarbelakangi usulan mengenai
kebijakan pemeliharaan berdasarkan parameter biaya.
Area dan komponen kritis yang ditentukan adalah area coal handling yang meliputi
komponen kritis berupa Submerged Flight Conveyor (SFC), coal feeder, dan
crusher. Sifat kerusakan komponen kritis yang ditentukan adalah repairable
sehingga memerlukan kajian uji pola kerusakan yang disesuaikan dengan pola Non-
Homogenous Poisson Process (NHPP). Hasil pengujian pola NHPP semua
komponen kritis menghasilkan penolakan terhadap ?0 sehingga mengikuti pola
NHPP. Selanjutnya, komponen kritis dilakukan parameterisasi dan penentuan
fungsi intensitas dengan model crow sehingga menghasilkan nilai parameter crow
untuk masing-masing komponen kritis dalam ? ? dan ? ?.
Parameter biaya menjadi parameter kunci dalam penentuan aplikasi kebijakan
maintenance, dimana ditentukan nilai penghematan cost maintenance adalah
Rp57.956.053 yang menunjukkan penghematan sebesar 4.79%. Oleh karena itu,
perancangan jadwal pemeliharaan preventif menjadi bentuk optimasi biaya
operasional. Penentuan nilai waktu interval antar pemeliharaan (t*) menjadi tujuan
utama dalam perancangan jadwal pemeliharaan preventif masing-masing
komponen kritis. Hasil identifikasi t* adalah 44 hari untuk SFC, 60 hari untuk coal
feeder, serta 40 hari untuk crusher. Perancangan jadwal tersebut secara keseluruhan
menghasilkan tingkat reliability di atas 60% dan tingkat availability di atas 98%.