digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Aktivitas pertambangan memainkan peran vital dalam kehidupan manusia, menghasilkan berbagai produk penting dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan maupun perkembangan ekonomi bagi suatu negara. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi peningkatan permintaan terhadap produk pertambangan secara eksponensial. Namun, peningkatan permintaan akan produk pertambangan menimbulkan tantangan terhadap lingkungan yang signifikan. Sebanyak 28,45% dari wilayah pertambangan global, dengan luas mencapai 28.902 km2, terletak di kawasan hutan tropis. Pada kawasan ini, berbagai kerusakan lingkungan telah timbul akibat aktivitas pertambangan yang masif, mengingat peran vital hutan tropis sebagai penyedia jasa ekosistem yang sangat berharga. Salah satu upaya yang umum dilakukan yaitu dengan melakukan analisis mengetai dampak lingkungan (AMDAL) dalam tahap awal proyek pertambangan. Pada pelaksanaannya, terdapat beragam metode yang dapat digunakan. Meskipun metode-metode konvensional tersebut memiliki akurasi yang baik, terdapat batasan tertentu, terutama dalam hal pemantauan jangka panjang. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengkaji mengenai dampak pertambangan terhadap lingkungan, tetapi masih terdapat kesenjangan dalam memahami dampak pertambangan terhadap kawasan hutan tropis. Untuk mengatasi kesenjangan yang ada, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian dampak lingkungan akibat aktivitas pertambangan di kawasan hutan tropis.Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menetapkan beberapa tujuan pendukung, antara lain merumuskan indeks aktivitas pertambangan, mengevaluasi dampak deforestasi akibat aktivitas pertambangan, dan menganalisis kawasan pertambangan prioritas yang memerlukan penanganan lingkungan. Pendekatan yang digunakan ini memandang pentingnya pemantauan berkelanjutan untuk mengidentifikasi dampak lingkungan yang terus berkembang. Kebaruan dalam penelitian ini terletak pada pengembangan metode yang memanfaatkan data pengindraan jauh jangka panjang yang mengintegrasikan berbagai variabel seperti vegetasi, tanah, atmosfer, kondisi fisik permukaan, polusi udara, dan dampak deforestasi serta menghasilkan daftar kawasan pertambangan prioritas untuk penanganan lingkungan. Hal ini penting karena peraturan internasional mengenai analisis dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan menekankan perlunya tinjauan komprehensif terhadap berbagai aspek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 49,51% dari 9.100 kawasan pertambangan menunjukkan tingkat aktivitas pertambangan yang sangat tinggi. Selanjutnya, terdapat 33 wilayah pertambangan yang terletak di kawasan hutan tropis merupakan kawasan prioritas pengelolaan lingkungan, dengan Brazil (87,89%), Ghana (6,06%), Sierra Leone, dan Liberia (masing-masing 3,03%) sebagai negara utama prioritas. Dengan ini, diharapkan dapat menjadi dasar strategi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, memberikan panduan bagi pemangku kebijakan dalam mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan di hutan tropis serta menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan.