digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Teknologi dan gaya hidup terus berubah namun struktur hierarki ritel kota cenderung tetap. Sifat statis hierarki ritel disebakan oleh faktor kelembaman lokasi dari regulasi ter-sentral. Saat ini teknologi platform digital menfasilitasi belanja online. Sejumlah toko ritel di pusat komersil tutup. Frekuensi perjalanan berbelanja warga kota menurun dan tersisa perjalanan leisure/ companionship ke restoran/kafe. Dengan berfokus pada ketersediaan restoran/kafe di tiga pusat komersil Kota Surabaya dan menerapkan prosedur realisme kritis penelitian ini mengkonfirmasi bahwa pasca kemunculan ekosistem platform hierarki ritel kota berubah, menyesuaikan diri terhadap situasi non-sentral secara Self-Adjusment. Jika dilihat dari skala ketersediaan restoran/kafe, skala hierarki Sub-Pusat kota meningkat signifikan mendekati skala Pusat Kota. Namun jika dilihat dari komposisi kelas restoran/kafe strukur hierarki semakin kuat. Pusat Kota cenderung didominasi oleh restoran/kafe kelas atas dan Sub-Pusat Kota untuk kelas menengah. Pertumbuhan restoran/kafe cenderung tumbuh di area dengan persentase guna lahan perdagangan & jasa relatif tinggi, yakni di pusat komersil eksisting. Pertumbuhan restoran/kafe di pusat komersil bermula dari fenomena demalling akibat ketidakstabilan ekonomi makro dan pergeseran ruang transaksi ritel fisik ke toko online (symmetry breaks). Pemerintah kota dan pemilik properti berupaya mengisi mall yang telah terlanjur diperluas dengan cara mengakomodir tren pertumbuhan restoran/kafe (spontaneous allignment). Tahun 2018 pemerintah menetapkan tarif platform perangkutan online dan pesan-antar makanan menjadi lebih rasional sehingga tarif per-jarak menjadi pertimbangan bagi konsumen utilitarian (feedback loop). Restoran/kafe kelas menengah terus tumbuh di SubPusat Kota yang lebih dekat ke lokasi permukiman. Pandemi Covid-19 memperkuat keterikatan kota kepada platform mobilitas dan pada struktur hirarki ritel yang baru terbentuk. Pemerintah kota meneguhkan hierarki ritel baru dengan menerbitkan ijin bagi pusat komersil dan restoran/kafe tetap beroperasi meski di tengah pandemi (enslavement). Terjadinya 4 fase adaptasi membuktikan bahwa perubahan hierarki ritel terjadi secara Self-Adjusment, yakni berupa penyesuaian struktur kota terhadap perilaku baru warga, kepentingan bisnis properti mall, dan kepentingan bisnis platform, demi keberlangsungan ekonomi kota.