Teknologi dan gaya hidup terus berubah namun struktur hierarki ritel kota
cenderung tetap. Sifat statis hierarki ritel disebakan oleh faktor kelembaman lokasi
dari regulasi ter-sentral. Saat ini teknologi platform digital menfasilitasi belanja
online. Sejumlah toko ritel di pusat komersil tutup. Frekuensi perjalanan berbelanja
warga kota menurun dan tersisa perjalanan leisure/ companionship ke
restoran/kafe. Dengan berfokus pada ketersediaan restoran/kafe di tiga pusat
komersil Kota Surabaya dan menerapkan prosedur realisme kritis penelitian ini
mengkonfirmasi bahwa pasca kemunculan ekosistem platform hierarki ritel kota
berubah, menyesuaikan diri terhadap situasi non-sentral secara Self-Adjusment. Jika
dilihat dari skala ketersediaan restoran/kafe, skala hierarki Sub-Pusat kota
meningkat signifikan mendekati skala Pusat Kota. Namun jika dilihat dari
komposisi kelas restoran/kafe strukur hierarki semakin kuat. Pusat Kota cenderung
didominasi oleh restoran/kafe kelas atas dan Sub-Pusat Kota untuk kelas menengah.
Pertumbuhan restoran/kafe cenderung tumbuh di area dengan persentase guna
lahan perdagangan & jasa relatif tinggi, yakni di pusat komersil eksisting.
Pertumbuhan restoran/kafe di pusat komersil bermula dari fenomena demalling
akibat ketidakstabilan ekonomi makro dan pergeseran ruang transaksi ritel fisik ke
toko online (symmetry breaks). Pemerintah kota dan pemilik properti berupaya
mengisi mall yang telah terlanjur diperluas dengan cara mengakomodir tren
pertumbuhan restoran/kafe (spontaneous allignment). Tahun 2018 pemerintah
menetapkan tarif platform perangkutan online dan pesan-antar makanan menjadi
lebih rasional sehingga tarif per-jarak menjadi pertimbangan bagi konsumen
utilitarian (feedback loop). Restoran/kafe kelas menengah terus tumbuh di SubPusat Kota yang lebih dekat ke lokasi permukiman. Pandemi Covid-19 memperkuat
keterikatan kota kepada platform mobilitas dan pada struktur hirarki ritel yang baru
terbentuk. Pemerintah kota meneguhkan hierarki ritel baru dengan menerbitkan ijin
bagi pusat komersil dan restoran/kafe tetap beroperasi meski di tengah pandemi
(enslavement). Terjadinya 4 fase adaptasi membuktikan bahwa perubahan hierarki
ritel terjadi secara Self-Adjusment, yakni berupa penyesuaian struktur kota terhadap
perilaku baru warga, kepentingan bisnis properti mall, dan kepentingan bisnis
platform, demi keberlangsungan ekonomi kota.