digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Aktivitas fisik yang kurang dapat beresiko menyebabkan penyakit tambahan lainnya pada pengidap diabetes mellitus salah satunya yakni depresi, selain itu juga banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara status sosial ekonomi dan prevalensi diabetes. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dan bagaimana hubungan tingkat aktivitas fisik, status ekonomi dan depresi pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan yakni, deskriptif kuantitatif, dengan analisa data korelasi uji Chi-Square, yang berjumlah 166 subjek yang aktif mengikuti prolanis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat aktivitas fisik pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung cenderung sedang, dengan status ekonomi yang rendah dan tingkat gejala depresi nomal. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji Chi-square didapatkan nilai significancy antara aktivitas fisik dengan status ekonomi yakni 0.272 (P>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan. Antara aktivitas fisik dan gejala depresi didapatkan nilai significancy 0.273 (P>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan. Status ekonomi dengan gejala depresi didapatkan nilai significancy 0,085 (P>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dan depresi pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung. Kesimpulan yang didapat yakni pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung yang mengikuti program layanan kronis diabetes tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, status ekonomi dan gejala depresi, karena berdasarkan fakta dilapangan para pengidap aktif dalam melakukan kegiatan prolanis yang dapat membantu penyembuhannya.