Pada lansia kapasitas fungsi fisik serta otot rangka akan menurun seiring
bertambahnya usia, setiap tahunnya akan menurun sebesar 1 % dan sedikitnya 3%
jika telah berusia 70 tahun keatas. Setiap individu memiliki tingkat penurunan yang
berbeda-beda. Usia, jenis kelamin, inaktivitas fisik, dan riwayat penyakit kronis
merupakan faktor yang berinteraksi menurunkan kapasitas (massa dan kekuatan)
otot rangka. Tujuan: Mengeksplorasi prevalensi kemampuan fungsi fisik dan
seberapa besar keeratan hubungannya dengan usia dan inaktivitas fisik pada lansia.
Metode: Studi observasi dengan pendekatan analisis korelasi deskriptif kuantitatif,
sebanyak 46 orang lansia masuk kedalam kriteria inklusi subjek penelitian. Tes dan
pengukuran serta nilai normatif kemampuan fungsi fisik menggunakan standar
Asian Working Group of Sarcopenia (AWGS), pengukuran inaktivitas fisik
menggunakan accelerometer ActivPAL dengan waktu pemakaian 24 jam selama 4
hari digunakan pada paha bagian depan. Hasil: Non-Sarkopenia 19%, Prasarkopenia 22%, Sarkopenia 37%, dan Sarkopenia berat 22%. Laki-laki 65% dan
Perempuan 59%. Hubungan kemampuan fungsi fisik dengan Usia 0,374 dalam
kategori lemah dan inaktivitas fisik -0,731 dalam kategori kuat. Derajat keeratan
hubungan usia dengan muscle strength (MS) -0,192 dan Appendicular Skeletal
Musclemass Index (ASMI) -0,189 dalam kategori lemah, sedangkan physical
performance (PF) -0,482 dalam kategori sedang. Pada variabel inaktivitas fisik
dengan MS (–0,593) dan PF (-0,451) dalam kategori sedang, ASMI (-0,613) dalam
kategori kuat. Kesimpulan: sebanyak 59% Lansia telah mengalami sarkopenia, dan
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Penurunan kemampuan fungsi fisik terkait
usia tidak dapat dicegah, akan tetapi laju penurunannya dapat diperlambat dengan
cara membatasi perilaku inaktivitas fisik dan menggantinya dengan perilaku yang
lebih aktif secara fisik.