digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Nisa Zafirah
PUBLIC Yoninur Almira

Manajemen risiko bencana merupakan suatu rangkaian upaya mengatur dan mengendalikan seperangkat sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi dan mengantisipasi risiko bencana melalui proses penemukenalan, analisis, dan pengendalian. Gambaran pengorganisasian sumber daya untuk dapat merespon bencana dengan efektif dan memperkecil risiko diaplikasikan ke dalam kondisi kehidupan nyata melalui tata kelola risiko bencana. Tata kelola risiko bencana membicarakan sistem bagaimana risiko bencana dikelola melalui pembentukan institusi dan lembaga, pembagian tugas dan peran, penyusunan kebijakan dan strategi, dan proses-proses rinci lainnya yang disusun dan direncanakan secara sistematis dan komprehensif dalam rangka mengurangi risiko bencana dan merespon bencana secara efektif. Kegiatan yang secara alamiah terjadi dalam tata kelola risiko bencana, dan merupakan unsur penting dalam keberhasilan tata kelola risiko bencana adalah kolaborasi. Kolaborasi merupakan proses yang terjadi secara otomatis dan spontan dalam suatu tata kelola, dimana keberadaannya dapat menjadi unsur penghambat maupun pendorong keberhasilan pencapaian tujuan tata kelola. Intervensi terhadap proses kolaborasi perlu dilakukan dan dijadikan bahan evaluasi khususnya dalam konteks tata kelola risiko bencana. Sebagai kota industri yang memiliki potensi bencana multi-hazard yang tinggi di Indonesia, Kota Cilegon telah melakukan rangkaian proses tata kelola risiko bencana melalui penguatan kerangka kebijakan, pembagian tugas dan peran, dan upaya pengurangan risiko bencana lainnya. Kesadaran lembaga pemerintah, non pemerintah dan unsur masyarakat Kota Cilegon akan ancaman bencana yang ada menjadikan tingginya partisipasi berbagai stakeholders dalam penyelenggaraan upaya mitigasi, pencegahan dan kesiapsiagaan untuk dapat menghadapi bencana. Risiko kerugian dan korban jiwa akibat bencana Kota Cilegon yang besar atau kecilnya bergantung pada efektivitas tata kelola menjadikan adanya urgensi dalam melakukan pengkajian dan perumusan strategi intervensi terhadap proses kolaborasi yang ada di dalam tata kelola risiko bencana di Kota Cilegon. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengidentifikasi pola interaksi aktor yangii terlibat dalam manajemen risiko bencana di Kota Cilegon melalui pendekatan kolaborasi pentahelix, yaitu kolaborasi yang melibatkan 5 unsur terdiri dari pemerintah, sektor privat, masyarakat, media, dan akademisi. Di dalam penelitian ini, digunakan Social Network Analysis untuk memetakan jaringan sosial yang dapat menggambarkan pola interaksi aktor pentahelix di Kota Cilegon dalam melakukan upaya manajemen risiko bencana dilengkapi dengan perhitungan degree centrality, closeness centrality dan betweenness yang lebih rinci menggambarkan tingkat keterhubungan dan kedekatan suatu aktor dengan aktor lainnya. Hasil pemetaan sociogram digunakan untuk mengidentifikasi peran dari setiap aktor pada setiap fase yang dirinci pada setiap fokus kolaborasi, menunjukkan aktor dengan peran hub, broker, dan peripheral player. Berdasarkan hasil analisis, kelima unsur pentahelix Kota Cilegon memiliki peran dan tugas masing-masing dan dalam pelaksanaannya terjadi koordinasi dan komunikasi lintas sektor. Pemetaan pola interaksi menunjukkan bahwa BPBD Kota Cilegon, Bappeda Kota Cilegon dan DPUPR Kota Cilegon merupakan aktor yang berperan sebagai hubs dengan peran penting dalam memimpin kegiatan di dalam manajemen risiko bencana di Kota Cilegon. Pemetaan jaringan menunjukkan adanya fokus kolaborasi berbeda pada setiap fase yang ditandai dengan adanya perbedaan titik kumpul para aktor atau terjadi pengelompokkan yang bertumpuk. Dengan teridentifikasinya fokus kolaborasi dan karakter aktor di setiap fase pada penelitian ini, maka dirumuskan tabel rekomendasi yang berisi fokus kolaborasi dan pemegang peran hub, broker, dan peripheral player pada masing-masing fokus kolaborasi yang dapat digunakan sebagai strategi dalam penguatan tata kelola risiko bencana di Kota Cilegon.