digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang menimbulkan tantangan besar dalam penyediaan layanan dasar, termasuk layanan air bersih. Tantangan-tantangan ini terlihat jelas dalam konteks permukiman informal. Studi ini memberikan evaluasi komprehensif terhadap sistem pelayanan air bersih di permukiman informal Kelurahan Lemahwungkuk, dengan fokus pada RW5 dan RW6, di Kota Cirebon. Penelitian ini didorong oleh kebutuhan penting untuk memahami aksesibilitas, kualitas, dan tata kelola air bersih di wilayah yang ditandai dengan pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan pemukiman informal. Dengan tujuan menyeluruh untuk meningkatkan akses air bersih sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi sistem air saat ini, memahami pengaturan tata kelola, dan menilai persepsi masyarakat mengenai layanan air bersih. Studi ini menggunakan beberapa metode termasuk, analisis kuantitatif, analisis kualitatif deskriptif, analisis tipologi, analisis konten, dan analisis spasial, studi ini mengintegrasikan data dari kuesioner, wawancara, dan observasi, di samping pemetaan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metodologi ini memungkinkan eksplorasi dinamika layanan air bersih yang bernuansa, yang mengungkap lanskap penyediaan air bersih yang kompleks yang ditandai dengan berbagai tingkat aksesibilitas, keandalan, dan kepuasan di antara anggota masyarakat. Temuan studi ini menunjukkan adanya lima tipologi sistem air dengan ketergantungan utama pada sistem air minum kota yang disediakan oleh PDAM Tirta Giri Nata, dengan sebagian besar penduduk juga bergantung pada sumbersumber alternatif seperti sumur pribadi, sumur umum, dan penjual air. Terlepas dari kepuasan umum terhadap kualitas dan kecukupan layanan air, tantangan terkait keterjangkauan, keandalan, dan masalah kualitas tertentu disoroti. Studi ini menemukan adanya kesenjangan dalam pengalaman layanan air bersih, dimana rumah tangga berpenghasilan rendah menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam hal keterjangkauan dan keandalan layanan. Pengaturan tata kelola ditemukan sebagai perpaduan antara manajemen formal dan terpusat oleh PDAM dan pendekatan berbasis masyarakat, dengan penekanan utama pada keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan layanan air minum.