digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tren penggunaan energi terus meningkat dari tahun ke tahun dan masih didominasi oleh minyak dan batu bara sebagai sumber energi utama. Karena sumber energi utama berasal dari bahan bakar fosil yang memiliki komposisi tinggi karbon, pembakarannya menghasilkan polusi karbon dioksida yang beracun. Selain karbon monoksida dari sumber energi lain, berbagai polusi juga dihasilkan. Konsumsi energi terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan peradaban. Peningkatan polusi di bumi menyebabkan efek rumah kaca, yang membuat suhu bumi semakin meningkat. Fenomena ini dikenal sebagai pemanasan global, yang menimbulkan kekhawatiran global dan menghasilkan Paris Agreement pada 12 Desember 2015 untuk mengatasi masalah pemanasan global. Perjanjian Paris bertujuan membatasi kenaikan suhu rata-rata global jauh di bawah 2ºC di atas tingkat pra-industri, dengan aspirasi membatasi kenaikan suhu hingga 1,5ºC pada akhir abad ini. Banyak orang berlomba-lomba menciptakan energi alternatif yang lebih bersih dibandingkan sumber energi yang umumnya digunakan. Namun, manusia masih akan menggunakan sumber energi fosil untuk beberapa tahun ke depan karena ketersediaan dan harga yang lebih murah dibandingkan dengan energi baru yang masih terbatas teknologinya. Dengan masalah polusi, perusahaan energi berlombalomba untuk bertanggung jawab atas polusinya dan menjadi lebih berkelanjutan. Terjadi perubahan mindset di mana perusahaan tidak hanya memikirkan profitabilitas, tetapi juga bagaimana menjadi lebih ramah lingkungan. Peneliti, akademisi, dan pembuat keputusan semakin tertarik pada isu ini, dan istilah ESG (Environmental, Social, and Governance) muncul dalam upaya global untuk menjadi lebih berkelanjutan. Namun, ini menimbulkan pertanyaan apakah penerapan ESG dalam perusahaan memberikan dampak positif secara finansial atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ESG index terhadap strategi keuangan perusahaan, termasuk kinerja keuangan, valuasi pasar, dan risiko pasar. Penelitian ini melibatkan 587 perusahaan sektor energi dan utilitas dari 55 negara pada tahun 2022. Metode yang digunakan adalah PLS-SEM dengan perangkat lunak SmartPLS 3.2.9. Analisis PLS-SEM dilakukan dalam dua tahap: analisis model pengukuran untuk mengukur reliabilitas dan validitas struktur model yang digunakan, dan analisis model struktural untuk menguji hipotesis. Dua struktur model digunakan, yaitu model higher dan lower order, untuk menjelaskan secara lebih rinci pengaruh indikator-indikator dari indeks ESG. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa indeks Environmental, yang merupakan bagian dari indeks ESG, adalah indikator yang paling signifikan dalam memengaruhi strategi keuangan perusahaan. Selain itu, nilai pasar merupakan konstruk yang paling dipengaruhi oleh ESG index. Temuan dari penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang pengaruh indeks ESG yang dapat digunakan oleh pemilik bisnis dan pembuat keputusan dalam mengalokasikan dana dan merumuskan peraturan.