2024 TA PP ATHALLAH ZAIDAN 1-CHAPTER 1.pdf
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
2024 TA PP ATHALLAH ZAIDAN 1-CHAPTER 2.pdf
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
2024 TA PP ATHALLAH ZAIDAN 1-CHAPTER 3.pdf
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
2024 TA PP ATHALLAH ZAIDAN 1-CHAPTER 4.pdf
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
2024 TA PP ATHALLAH ZAIDAN 1-CHAPTER 5.pdf
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
2024 TA PP ATHALLAH ZAIDAN 1-REFERENCE.pdf
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Bahan bakar fosil yang semakin menipis dan kebutuhan energi yang terus
meningkat menyebabkan dunia kesulitan dalam memenuhi kebutuhan energi. Dari
semua sumber daya energi terbarukan yang tersedia, energi matahari merupakan
solusi terbaik untuk menjawab penipisan bahan bakar fosil. Sel surya berbasis
perovskite telah menarik banyak perhatian dikarenakan biaya fabrikasinya yang
rendah dengan efisiensi yang tinggi. Material semikonduktor inorganik telah
menjadi pilihan untuk dijadikan sebagai electron transport layer (ETL) dengan
TiO2 yang telah banyak digunakan. Akan tetapi, TiO2 membutuhkan proses
fabrikasi pada suhu tinggi untuk mendapatkan sifat elektronik yang diinginkan.
Material untuk ETL lainnya yang dapat difabrikasi dengan biaya yang rendah dan
hysteresis index yang lebih rendah telah diusulkan seperti SnO2. Pada penelitian ini,
kami membandingkan performa dari TiO2 dengan metode fabrikasi yang berbeda
juga dengan SnO2 dan mempelajari pengaruh dari variasinya.
Fabrikasi dari ETL dimulai dengan memvariasikan jumlah spin-coating dengan
variasi satu kali, tiga kali, dan lima kali untuk mengetahui kondisi optimumnya.
Kemudian, jumlah spin-coating optimum akan dibandingkan dengan metode
chemical bath deposition untuk mendapatkan TiO2 ETL dengan performa
fotovoltaik yang lebih baik. Kemudian metode fabrikasi terbaik dari TiO2 akan
dibandingkan dengan SnO2 dengan variasi konfigurasi.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa jumlah spin-coating optimum yaitu 3 kali
dengan efisiensi, tegangan rangkaian terbuka, dan arus hubung singkat sebesar
8,94%, 974,1 mV, dan 16,73 mA/cm2. Terdapat kenaikan performa fotovoltaik dari
satu kali ke tiga kali spin-coating dan penurunan dari tiga kali ke lima kali. Metode
spin-coating menghasilkan performa fotovoltaik yang lebih baik bila dibandingkan
dengan metode chemical bath deposition yang memberikan nilai efisiensi, tegangan
rangkaian terbuka, dan arus hubung singkat sebesar 3,37%, 598,8 mV, dan 13,96
mA/cm2. Metode chemical bath deposition memberikan nilai indeks histeresis yang
lebih rendah dibandingkan metode spin-coating dengan masing-masing sebesar
35,09% dan 37,69%. Percobaan pada tahap kedua menunjukkan bahwa struktur
SnO2 planar memberikan performa fotovoltaik yang lebih baik dibandingkan TiO2
planar. Lapisan ganda TiO2 dan SnO2 memberikan performa fotovoltaik yang lebih
baik dibandingkan TiO2 dan SnO2 planar. Akan tetapi performa fotovoltaik terbaik
dipegang oleh struktur mesoskopik TiO2 yang difabrikasi dengan metode spincoating.