Terowongan Nanjung merupakan salah satu penanggulangan yang dirancang untuk
mengurangi tinggi dan lama genangan pada Banjir DAS Citarum Hulu dengan
mempercepat aliran di area Curug Jompong. Terowongan Nanjung akan
mengalirkan Sebagian debit air melalui terowongan dan sisanya akan dialirkan ke
Curug Jompong. Dengan dibangunnya terowongan, kecepatan aliran, tinggi
genangan, dan angkutan sedimen dapat berubah dari kondisi semula. Perubahan
kondisi tersebut juga akan mempengaruhi sedimentasi yang terjadi di Waduk
Saguling. Studi ini akan mensimulasikan transpor sedimen di Sungai Citarum dari
Jembatan Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja) menuju Waduk Saguling. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan sedimentasi dengan model HECRAS
6.1 1D dengan menggunakan data penampang Sungai Citarum mulai dari
Jembatan Tol Soroja hingga outlet terowongan, data debit harian, serta data
sedimen di sekitar Nanjung. Karena data sedimen pada area ini belum tersedia,
maka dilakukan pengambilan data primer. Penelitian ini pada akhirnya akan
memberikan hasil perubahan morfologi sungai Citarum serta perubahan laju
sedimen sebelum dan sesudah Terowongan Nanjung dibangun serta pengaruhnya
terhadap Waduk Saguling. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa terdapat
peningkatan angkutan sedimen setelah dibangunnya terowongan sehingga
diperlukan bangunan penangkap sedimen (sediment trap) pada hilir terowongan,
yaitu lokasi dimana kondisi kecepatan aliran sudah mendekati 0. Sediment trap
tersebut akan dilengkapi dengan suction dredger yang berfungsi untuk membuang
sedimen yang sudah terkumpul pada trap.