Safety culture dan safety climate terdiri dari tiga layer yang dicakup dalam model
organizational culture dari Shein (1992). Angka kecelakaan yang lebih rendah
secara konsisten memiliki maturity level yang lebih tinggi dibandingkan dengan
angka kecelakaan yang tinggi. Kurangnya pengetahuan dan kepedulian pengawas
operasional di lapangan dan rekan kerja mengakibatkan tingginya angka
kecelakaan di Industri Tambang Batubara X. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi eksisting maturity level dan data kecelakaan di Industri
Tambang Batubara X, mengidentifikasi variabel safety culture berdasarkan
departemen dan level manajemen, mengidentifikasi dan menganalisis dimensi
safety climate berdasarkan faktor karakteristik responden, mengevaluasi serta
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan organizational culture di Industri
Tambang Batubara X. Penelitian ini menggunakan metode mix method dengan
metode kuesioner, wawancara, observasi, dan bedah dokumen untuk meningkatkan
sistem manajemen keselamatan dan mengurangi tindakan tidak aman. Variabel
yang digunakan untuk meningkatkan sistem manajemen keselamatan adalah
information, organizational learning, involvement, communication, dan
commitment dengan faktor internal berupa demografi pada pekerja high risk dan
safety expert yaitu departemen, usia, lama kerja, pendidikan terakhir dan level
manajemen. Sedangkan variabel yang digunakan untuk mengurangi tindakan tidak
aman adalah persepsi pekerja terhadap sistem manajemen dan rekan kerjanya
dengan faktor internal berupa demografi pada pekerja high risk yaitu departemen,
usia, lama kerja dan pendidikan terakhir. Uji validitas dan relibilitas dilakukan
sebelum penyebaran kuesioner. Kuesioner safety culture menggunakan framework
Filho dengan total 18 pertanyaan dan terbagi dalam lima dimensi yang diukur
kepada 66 pekerja dan safety climate diukur menggunakan NOSACQ-50 dengan
total 50 petanyaan dan terbagi menjadi tujuh variabel yang diukur kepada 65
pekerja high risk. Hasil kuesioner pada safety culture akan dianalisis menggunakan
persentase dan rerata untuk menentukan level di perusahaan. Pilihan kondisi pada kuesioner safety culture digunakan dalam wawancara untuk menguatkan dan menunjang hasil survey. Adapun hasil kuesioner pada safety climate akan dianalisis
menggunakan IBM SPSS Ver 24 untuk melihat rerata, uji kruskal wallis dan uji
mann whitney. Berdasarkan hasil kondisi eksisting di Industri Tambang Batubara
X menunjukkan level moderate dengan hasil 42% serta kecelakaan unsafe acts &
unsafe conditions yang terjadi hampir setiap bulan dengan jumlah kejadian
terhitung banyak. Safety culture di Industri Tambang Batubara X masuk ke dalam
level calculative dengan total persentase 168% dan level proactive dengan total
persentase 153%, adapun berdasarkan nilai rerata (mean) yaitu 3.41 masuk ke
dalam level proactive. Nilai rerata dimensi yang paling tinggi ada pada dimensi
organizational learning dan yang paling rendah ada pada dimensi communication.
Safety climate pada pekerja high-risk terdapat perbedaan yang signifikan pada
karakteristik responden lama kerja dan pendidikan terakhir pada variabel
komunikasi keselamatan, pembelajaran dan kepercayaan terhadap kompetensi
keselamatan rekan kerja serta karaktersitik responden pendidikan terakhir pada
penguatan manajemen keselamatan. Faktor lama kerja dan pendidikan berpengaruh
terhadap peningkatan sistem manajemen keselamatan dan penentu pekerja dalam
berperilaku tidak aman dalam bekerja. Organizational culture dapat menilai
maturity level di Industri Tambang Batubara X dengan cara mengidentifikasi risiko
dan manajemen serta mendukung peningkatan pengendalian dan proses internal.
Rekomendasinya yang diberikan antara lain membuat program untuk pekerja
dengan memberikan pelatihan, kompetensi, bekerja dalam tim, kesadaran,
komunikasi, dan rasa percaya agar meningkatkan sistem manajemen keselamatan
dan berperilaku aman dalam bekerja di Industri Tambang Batubara X.