digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Suci Wulandari.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

COVER_ SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB I-SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB II_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB III_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB IV_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB V_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB VI_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

BAB VII_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

DAFTAR PUSTAKA_SUCI WULANDARI
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

Jaminan akan ketersediaan air bersih secara berkelanjutan (ketahanan air) di Indonesia kini sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat terlihat dari makin langkanya air bersih (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) untuk mendukung kehidupan. Isu ketahanan air ini kemudian melahirkan konsep pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir sebagai satu kesatuan sistem yang dikelola oleh satu pengelola besar untuk meminimumkan konflik yang mungkin timbul. Salah satu Daerah Aliran Sungai utama dan prioritas karena bersifat strategis di Indonesia adalah DAS Citarum. DAS Citarum ini merupakan DAS utama di Jawa Barat yang memiliki luasan lahan kritis yang tinggi dan bersifat strategis karena selain menjadi penyangga ibu kota Jakarta, DAS Citarum juga menjadi pendukung terbesar ketahanan pangan dan ketahanan energi di Indonesia. DAS Citarum memiliki 3 wilayah genangan buatan (waduk) yang sangat besar dengan berbagai guna dan beroperasi secara seri yang kemudian akan mempengaruhi upaya pengelolaan didalamnya. Dengan jumlah penduduk terbanyak di Jawa Barat menyebabkan DAS Citarum memiliki beban pencemar yang sangat besar sehingga mengakibatkan penurunan kualitas air. Model pengelolaan sumber daya air di Waduk Kaskade Citarum dengan fokus utama wilayah Nanjung hingga Outlet Waduk Jatiluhur kemudian dilakukan terkait aspek kuantitas dan kualitasnya. Dari segi kuantitas, penelitian ini membahas mengenai optimasi pengelolaan waduk dan dari segi kualitas, penelitian ini membahas mengenai upaya pengendalian pencemaran berdasarkan pada kondisi volume stok waduk pada tahun terburuk/tahun kering. Penentuan lintasan pedoman waduk dilakukan berdasarkan prinsip keseimbangan massa. Pengklasifikasian tahun dilakukan dengan metode diskrit Markov 3 kelas kedalam kondisi kering, normal dan basah dan berdasarkan Diskrit Markov 5 kelas ke dalam kondisi sangat kering, kering, normal, basah dan sangat basah. Dalam Upaya optimasi pengelolaan waduk ditemukan bahwa nilai korelasi dengan Metode Markov menunjukkan nilai R > 0.6 untuk bervariasi tahun. Nilai korelasi yang yang makin membesar dengan makin sedikitnya data historis yang dipakai menunjukkan bahwa terjadinya perubahan rezim hidrologi yang menyebabkan nilai debit berubah-rubah setiap periode mengikuti perubahan iklim dan lahan di sekitar DAS lokal waduk tersebut. Simulasi waduk optimal di Kaskade Citarum membuktikan bahwa optimalisasi pola operasi Waduk Kaskade Citarum sebagai satu kesatuan manajemen terpadu dari hulu sampai hilir terbukti jika setiap waduk diperlakukan sebagai sub hidrologis yang unik dan merupakan fungsi dari ruang dan waktu. Data acuan volume stok waduk dan parameter fisik waduk yang digunakan kemudian dalam Upaya pengendalian pencemaran mengacu pada pola tahun kering (R5)/tahun sangat kering (R10) yang pada penelitian ini terlihat paling minimum dengan kondisi terburuk pada tahun 2011 dimana terjadi kekeringan hamper di seluruh bagian DAS Citarum. Untuk penelitian aspek pengelolaan kualitas air khususnya di badan air yang tergenang. Proses eutrofikasi kemudian menjadi kunci sehingga penetapan T-P, T-N dan BOD yang merupakan limbah nutrisi menjadi parameter utama yang diteliti. Inventarisasi dan identifikasi potensi beban pencemar masing-masing Daerah Tangkapan Air Waduk Kaskade Citarum dilakukan dengan metode faktor emisi. Berdasarkan pada hasil penelitian didapat bahwa potensi beban pencemar TP dan T-N terbesar di DTA Waduk Kaskade Citarum berasal dari limbah perikanan dari Keramba Jaring Apung, dan untuk BOD potensi terbesar berasal dari limbah domestik (Waduk Saguling) dan Limbah perikanan (Waduk Cirata dan Jatiluhur). Ketika sumber beban pencemar telah dapat diinventarisasi dan diidentifikasi besarannya kemudian simulasi model keseimbangan massa ketiga parameter kunci di masing-masing waduk dilakukan dengan metode satu kotak (one box model). Dari metode ini didapatkan hasil dimana ketiga parameter kualitas air yang diteliti hanya dapat dikurangi beban konsentrasinya di badan air jika beban pencemar dari hulunya dikurangi. Ketiga Waduk sudah tidak memiliki daya tampung beban pencemar eksisting baik pada tahun kering, normal ataupun tahun basah. Ketiadaan daya tampung beban pencemar menyebabkan ketiga waduk tidak memiliki daya dukung kepada aktivitas makhluk hidup di dalamnya. Karena hal inilah kemudian beban maksimum polutan di perairan dapat ditentukan sesuai dengan peruntukan air baku (baku mutu kelas 3 atau 2) pada tahun kering (R5). Pada penelitian ini juga dilakukan simulasi sederhana dengan menggunakan sistem dinamis dengan bantuan Powersim untuk dapat melihat keefisienan dan keefektifitasan dari solusi yang ditawarkan dalam rangka menurunkan beban pencemar setiap sektor. Proses manajemen adaptif kemudian dimulai dengan tindakan awal yang memiliki peluang yang wajar untuk berhasil. Tindakan di masa depan harus didasarkan pada pemantauan badan air yang berkelanjutan untuk menentukan bagaimana responnya terhadap tindakan yang diambil. Jika akan memulihkan DAS, maka seluruh kehidupan di dalam DAS tersebut harus mengikuti hukum, potensi dan batasan yang ada di dalam DAS tersebut. Semua sektor kehidupan di dalam DAS tersebut harus mengikuti hukum alam DAS tersebut sehingga pembangunan berkelanjutan kemudian menjadi upaya pembangunan yang dilakukan manusia berdasarkan pada hukum, potensi dan batasan yang dimiliki oleh DAS di wilayah yang digunakan/dimanfaatkan.