Masyarakat suku-suku Minangkabau adalah penganut paham matrilineal di
Sumatra Barat, kaumnya sangat menghormati dan menghargai ibu, sehingga ibu
atau kaum perempuan memiliki keistimewaan dalam fungsi dan kedudukannya.
Wakil kaum perempuan dalam satu suku disebut Bundo Kanduang. Keberadaan
Bundo Kanduang digambarkan secara teraga melalui sosok perempuan bijaksana
dengan pemahaman ilmu agama, ilmu pengetahuan dan adat yang luas. Dalam
menjalankan perannya, terdapat peran teraga dan tidak teraga yang tidak kasat mata,
untuk itu perlu diteliti lebih dalam agar dapat memberi manfaat bagi kaumnya serta
masyarakat pada umumnya.
Secara umum, kosmologi alam semesta dalam masyarakat Minangkabau tertuang
di dalam petuah-petuah adat yang menjadi dasar falsafah kehidupan dan tindakan
masyarakat Minangkabau dan peran Bundo Kanduang di dalam rumah gadang.
Fasilitas pada rumah gadang merupakan representasi makna dan filosofi adat
istiadat Minangkabau, dan struktur ruang yang terbentuk merupakan identifikasi
ide kosmologi Minangkabau.
Gendersebagai konsep sosial mengaplikasikan konsep feminin dan maskulin secara
berbeda. Gender dalam adat Minangkabau diaplikasikan dalam fungsi dan
kedudukan Bundo Kanduang berdampingan dengan laki-laki yang menjadi
pemimpin dalam rumah gadang.
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dan metoda penelitian etnografi
dengan analisis deskriptif. Pengambilan sampel melalui informan dengan metode
purposive sampling. Analisis lebih banyak menggambarkan fakta sebagaimana
adanya, khususnya pada objek penelitian, yang dibatasi pada rumah gadang di
wilayah Sungai Puar, wilayah yang masih mempertahankan dan menjalankan adat
istiadat Minangkabau dengan baik, aktif digunakan dan menjalankan peran Bundo
Kanduang. Bangunan-bangunan memiliki keunikan bentuk yang dipengaruhi
budaya kolonial dan arah pintu masuk rumah gadang pada bagian belakang.
Mayoritas suku-suku di wilayah ini berpaham lareh Bodi Caniago yang demokratis
sehingga memberi kesempatan yang besar dan dinamis kepada peran Bundo
Kanduang, dengan demikian representasi Bundo Kanduang dapat lebih terlihat.
Pada pemetaan penelitian terdahulu, telah terdapat penelitian yang berkaitan
dengan: kosmologi, representasi, etnis Minangkabau, rumah gadang, Bundo
Kanduang dan topik lain yang relevan, namun belum ada penelitian terkait
representasi kosmologi sosok Bundo Kanduang pada interior rumah gadang dalam
konteks relasi gender, untuk itu diharapkan pada penelitian ini akan ditemukan
rumusan baru, perihal karakter ruang interior rumah gadang, yang
merepresentasikan kosmologi sosok Bundo Kanduang dalam konteks relasi gender.
Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan perancangan desain interior rumah gadang ataupun dalam sistem
komunal di lingkungan rumah gadang, dengan memperhatikan esensi dari nilai
dasar budaya Minangkabau. Pentingnya fungsi dan kedudukan Bundo Kanduang,
sangat mempengaruhi masyarakat kaumnya, untuk itu temuan yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik pada kaum dan
masyarakat Minangkabau pada umumnya.
Hasil penelitian ini ditemukan pemahaman fungsi dan kedudukan Bundo Kanduang
serta karakteristiknya pada interior rumah gadang secara teraga dan tidak teraga.
Representasi fungsi dan kedudukan Bundo Kanduang mengandung kontradiksi
dalam kosmologi Bundo Kanduang, bahwa karakter dan fasilitas ruang dalam
rumah gadang, jika dikorelasikan dengan kekuasaan tidak selalu berbanding lurus.
Sedangkan representasi kosmologi fungsi dan kedudukan Bundo Kanduang dalam
relasi gender, dengan penghulu adat, masing-masing dominan di satu hal namun
marjinal di hal lain melalui pendistribusian kekuasaan yang bersifat distributif.
Bundo Kanduang adalah mikrokosmos dari kosmologi Minangkabau dan menjadi
makrokosmos bagi kaumnya, terrepresentasikan dalam karakter interior yang
bersifat fungsional, eksistensial dan substansial. Perbedaan entitas antara laki-laki
dan perempuan dalam adat, mencerminkan kesetaraan dan kekuasaan unik suku
Minangkabau, sebagai penganut sistem matrilineal dengan pemimpin suku lakilaki,
namun tidak sepenuhnya menjalankan sistem patriarki.