digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kehidupan masyarakat dan citra diri sangat dipengaruhi oleh industri fesyen global, yang menjadi lebih kompetitif akibat media sosial dan e-commerce. Karena meningkatnya persaingan ini, taktik periklanan yang menipu telah tersebar luas, meningkatkan manfaat produk dan mendorong pembelian impulsif. Industri fesyen telah merasakan dampak terhadap ekspektasi pelanggan, kepercayaan merek, dan kebiasaan belanja perempuan Indonesia sebagai akibat dari meluasnya metode periklanan menyesatkan yang mengubah fitur produk dan mempromosikan citra tubuh yang tidak realistis. Dengan menggunakan metodologi kualitatif dan wawancara mendalam, disertasi ini menyelidiki dampak buruk dari iklan yang menyesatkan terhadap kebiasaan belanja perempuan Indonesia, dengan fokus pada belanja hedonistik dan impulsif. Melalui eksplorasi pengalaman hidup, sikap, dan keyakinan partisipan, pendekatan kualitatif ini memungkinkan pemahaman komprehensif tentang konsekuensi material dan psikologis dari iklan yang menyesatkan. Partisipan yang pernah berinteraksi dan menyaksikan iklan yang menipu di industri fashion dipilih menggunakan purposive sampling. Informasi kualitatif yang dikumpulkan membantu penyelidikan menyeluruh mengenai pengaruh iklan yang menyesatkan terhadap proses pengambilan keputusan konsumen. Hasil wawancara kualitatif menjelaskan berbagai dampak dari iklan menyesatkan di industri fesyen. Iklan yang menipu mengeksploitasi kelemahan psikologis untuk mendorong perilaku impulsif dan hedonistik pada perempuan Indonesia, selain menimbulkan kerugian materi dan psikologis bagi mereka. Studi ini menyoroti kebutuhan mendesak akan langkah-langkah proaktif untuk memerangi metode periklanan yang menipu. Hal ini juga menyoroti betapa pentingnya mendorong pengambilan keputusan yang hati-hati, meningkatkan pengendalian diri pelanggan, dan mendorong penggunaan ulasan produk. Dengan mengatasi permasalahan ini, industri fesyen dapat memberdayakan dan mengedukasi basis pelanggannya, mengurangi dampak buruk dari iklan yang tidak jujur, dan mendorong praktik belanja yang etis.