digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Beberapa profesional Indonesia yang bekerja dan tinggal dengan keluarga di Qatar mengubah persepsi hidup mereka selama pandemi dan memutuskan untuk berhenti sehingga mempengaruhi orang lain. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor pekerjaan dan kepuasan hidup yang mempengaruhi niat untuk meninggalkan termasuk peran moderasi kepuasaan hidup. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner tentang kepuasan kerja dan kehidupan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan Model Persamaan Struktural. Ini memiliki 26 faktor, menurut Herzberg dua faktor dan Clayton Alderfer ERG Teori, dengan tujuh skala Likert. 292 responden berpartisipasi dalam survei, 92,1% berusia di atas 40 tahun dan lebih dari 10 tahun tinggal di Qatar (77.5%) dan berada di posisi kerja yang sama (43.8%). Model ini menunjukkan bahwa motivator memiliki korelasi positif yang kuat dengan kepuasan kerja, sementara faktor kebersihan memiliki koreliasi negatif moderat. Faktor-faktor yang dipilih menangani faktor-faktor dalam kepuasan pekerjaan, tidak termasuk kondisi operasi dan keamanan pekerjaan. Sementara untuk kepuasan hidup, kebutuhan eksistensi sangat berkorelasi positif, dan kebutuhan pertumbuhan tidak memiliki korelasi signifikan. Korelasi negatif yang tak terduga didapat antara kebutuhan hubungan dan kepuasan hidup. Kduea kepuasan kerja dan kehidupan secara negatif berkorelasi dengan niat untuk keluar, dan kepuasaan hidup secara signifikan negatif memoderasi hubungan antara kepuasan kerja dan niat untuk keluar. Temuan lain, orang merasa cukup puas dengan promosi, imbalan dan kurang percaya diri tentang kenaikan gaji di masa depan dan keamanan keuangan meskipun saat ini sangat puas dengan gaji dan stabilitas keuangan. Oleh karena itu, menangani dan meningkatkan keuangan masa depan dapat membuat orang puas dengan kehidupan mereka, yang dapat membantu mencegah mereka meninggalkan pekerjaan mereka.