digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dikarenakan peningkatan konsumsi hiburan dan media, banyak individu di Indonesia dihadapkan pada standar kecantikan yang dibawa oleh media dan hiburan tersebut ke dalam masyarakat. Sebagai hasilnya, banyak orang mencoba diet dengan harapan mendapatkan tubuh ideal seperti tokoh-tokoh publik yang ditampilkan dalam media. Akibatnya, orang-orang mencoba jalan pintas, salah satunya dengan mengonsumsi suplemen penurun berat badan. Di Indonesia, industri suplemen juga berkembang. Selain itu, karena pandemi COVID-19, semakin banyak orang yang mulai peduli terhadap kesehatan fisik mereka dan ingin memiliki gaya hidup yang lebih sehat. Di sisi lain, sebuah tinjauan meta analisis oleh Singh et al. (2022) menunjukkan bahwa orang yang mengalami obesitas memiliki peluang lebih tinggi untuk tertular COVID-19. Sebagai reaksi terhadap hal ini, orang-orang yang awalnya tidak memperhatikan kesehatan mereka juga ingin mengurangi lemak tubuh mereka. Situasi ini dimanfaatkan oleh perusahaan penurun berat badan untuk menjual produk mereka, dan dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menyelidiki strategi pemasaran apa yang digunakan oleh perusahaan penurun berat badan terkait etika pemasaran dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan pembelian suplemen penurun berat badan. Untuk menyelidiki hal terakhir, peneliti membuat survei untuk memahami apa yang mendorong konsumen untuk membeli suplemen penurun berat badan. Penelitian ini menggunakan IBM® SPSS®, sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif. Dengan menggunakan perangkat lunak ini, penelitian mengukur validitas dan koefisien alpha Cronbach untuk mengukur reliabilitas tes. Hasil survei dengan 80 responden menunjukkan bahwa peran duta merek dan dukungan selebriti cukup krusial dalam meningkatkan penjualan produk. Hal ini karena konsumen lebih mempercayai Key Opinion Leaders (KOL) daripada perusahaan. Oleh karena itu, ketika perusahaan penurun berat badan menandatangani tokoh publik sebagai duta merek mereka, pengikut mereka lebih cenderung untuk membeli produk, karena mereka menganggap duta merek tersebut juga menggunakan produk tersebut.