digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Addiena Kesuma
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Ekosistem terumbu karang memiliki respon yang rumit terhadap dinamika lingkungan perairannya. Variasi faktor lingkungan tersebut dapat membentuk pola distribusi karang yang berbeda di setiap lokasi ekosistem. Arus laut merupakan salah satu parameter fisik perairan yang memiliki peran penting dalam proses morfologi atau pembentukan rangka terumbu karang. Adanya aliran air yang bergerak di sekitar karang, dapat menentukan orientasi arah dan bentuk pertumbuhan terumbu karang, serta berpengaruh terhadap struktur komunitas terumbu dalam skala lokal. Perbedaan kecepatan arus di setiap lokasi dapat menunjukkan dominansi bentuk pertumbuhan karang (life form) yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan mengkaji kecepatan rata-rata arus laut, persentase tutupan dan kondisi ekosistem terumbu karang, life form karang yang mendominasi, serta hubungan antara kecepatan arus laut dan kelompok life form terumbu karang yang mempengaruhinya di suatu wilayah perairan di Indonesia. Kajian kecepatan ratarata arus laut menggunakan data arus laut current real-time global forecasting yang bersumber dari model numerik dan diperoleh dari Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS). Besaran nilai kecepatan arus laut dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata musiman dan kecepatan rata-rata tahunan untuk setiap stasiun pengamatan. Dataset ekosistem terumbu karang didapatkan dari hasil pengamatan lapangan yaitu berupa persen tutupan dan sebaran life form karang keras, diperoleh dari FDC-IPB dan WCS-IP. Data karang tersebut diperoleh pada waktu yang berbeda-beda, dalam rentang tahun 2009 hingga 2021 di tujuh stasiun pengamatan berbeda. Stasiun pengamatan tersebut terdiri atas wilayah perairan Biak Numfor, Pulau Kei Besar, Pulau Mare, Pulau Pramuka dan sekitarnya, Pulau Sabu, Pulau Sebesi dan Sebuku, serta Ujung Kulon. Pendekatan untuk mengevaluasi nilai keragaman dan potensi habitat terumbu karang dilakukan dengan menggunakan klasifikasi morfologi atau life form karang keras. Metode ini melibatkan klasifikasi dalam bentuk diagram segitiga terner / r- K-S ternary diagram. Selanjutnya, kelas konservasi dihitung berdasarkan jumlah persentase pada masing-masing kelompok life form karang keras (ruderals (r) + competitors (K) + stress tolerators (S) = 100%). Keterkaitan antara kecepatan arus laut (komponen u dan v) dan life form terumbu karang dapat dikaji dengan melakukan analisis multivariat yaitu berupa analisis korespondensi kanonik (Canonical Correspondence Analysis / CCA). Selain itu, hubungan keterkaitan antara arus laut dan life form karang juga dikaji secara statistik melalui analisis korelasi Spearman, khususnya untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan antara kedua variabel kuantitatif tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata arus total (magnitude) di stasiun pengamatan yaitu di Pulau Sebesi dan Sebuku 0,348 m/s, Pulau Sabu 0,311 m/s, Biak Numfor 0,281 m/s, Pulau Pramuka dan sekitarnya 0,269 m/s, Ujung Kulon 0,268 m/s, Pulau Kei Besar 0,159 m/s, dan Pulau Mare 0,103 m/s. Kondisi ekosistem terumbu karang yang tergolong kategori ‘sedang’ dan juga dilewati oleh arus ‘sedang’ yaitu berada di: stasiun pengamatan Biak Numfor, Pulau Pramuka dan sekitarnya, Pulau Sabu, Pulau Sebesi dan Sebuku, serta Ujung Kulon. Pulau Kei Besar dan Pulau Mare dengan kecepatan arus lemah memiliki ekosistem terumbu karang dalam kategori ‘baik’. Hasil observasi dari tujuh stasiun pengamatan menunjukkan bahwa terdapat total 13 jenis life forms karang keras (scleractinia), dengan variasi tertinggi terdapat di Pulau Mare yang mencakup 13 life form, diikuti oleh Pulau Kei Besar sebanyak 12 life form, dan stasiun lainnya mencatat variasi jenis life form yang bervariasi antara 9 hingga 11 jenis. Kelompok life form ruderal (r) berkorelasi positif (? 0,5) dengan arus lemah (0,1-0,2 m/s). Kelompok life form karang Competitor (K) dan Stress-tolerator (S) memiliki korelasi positif (? 0,5) terhadap arus sedang (0,2-0,4 m/s).