digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ekosistem mangrove Muara Bojong Salawe merupakan salah satu kawasan yang mengalami kerusakan akibat tsunami yang terjadi di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2006. Kejadian ini menimbulkan kerusakan sedang hingga berat sehingga mempengaruhi perekonomian, kondisi sosial masyarakat dan habitat bagi biota yang hidup di ekosistem mangrove. Mangrove secara fisik diketahui dapat melindungi pantai dari gelombang dengan mekanisme atenuasi gelombang/berkurangnya tinggi gelombang setelah melewati vegetasi mangrove. Masyarakat Bojong Salawe telah melakukan rehabilitasi mangrove pasca peristiwa tsunami pada tahun 2006, 2008, 2010, 2014, 2015, 2016, dan 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komunitas mangrove di lokasi rehabilitasi mangrove di kawasan Muara Bojong Salawe dan menganalisis pengaruh karakteristik komunitas mangrove tersebut terhadap reduksi kuat arus. Penelitian karakteristik komunitas mangrove dilakukan pada plot kuadrat berukuran 10 m x 10 m untuk kategori pohon dan tiang dan 5m x 5 m untuk kategori pancang. Secara keseluruhan dibuat 40 plot yang disebar di 9 stasiun penelitian. Visualisasi struktur vegetasi dilakukan untuk merepresentasikan secara visual kondisi nyata struktur, sebaran dan stratifikasi komunitas vegetasi dalam suatu petak atau transek pengamatan. Kawasan Muara Bojong Salawe memiliki substrat berjenis pasir halus dan ditemukan enam jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Avicennia officinalis, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, dan Rhizophora mucronata. Tiga spesies dominan yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah Avicennia marina, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia caseolaris. Reduksi kecepatan arus gelombang air laut tertinggi dijumpai di tiga stasiun, yaitu 1, 2, dan 7. Variasi reduksi kecepatan arus gelombang air laut mampu dijelaskan oleh variabel basal area, kerapatan pohon dan spesies dominan dengan nilai R2 = 0,799.