Ekosistem terumbu karang memiliki respon yang rumit terhadap dinamika
lingkungan perairannya. Variasi faktor lingkungan tersebut dapat membentuk pola
distribusi karang yang berbeda di setiap lokasi ekosistem. Arus laut merupakan
salah satu parameter fisik perairan yang memiliki peran penting dalam proses
morfologi atau pembentukan rangka terumbu karang. Adanya aliran air yang
bergerak di sekitar karang, dapat menentukan orientasi arah dan bentuk
pertumbuhan terumbu karang, serta berpengaruh terhadap struktur komunitas
terumbu dalam skala lokal. Perbedaan kecepatan arus di setiap lokasi dapat
menunjukkan dominansi bentuk pertumbuhan karang (life form) yang berbeda pula.
Penelitian ini bertujuan mengkaji kecepatan rata-rata arus laut, persentase tutupan
dan kondisi ekosistem terumbu karang, life form karang yang mendominasi, serta
hubungan antara kecepatan arus laut dan kelompok life form terumbu karang yang
mempengaruhinya di suatu wilayah perairan di Indonesia. Kajian kecepatan ratarata
arus laut menggunakan data arus laut current real-time global forecasting yang
bersumber dari model numerik dan diperoleh dari Copernicus Marine Environment
Monitoring Service (CMEMS). Besaran nilai kecepatan arus laut dihitung
berdasarkan kecepatan rata-rata musiman dan kecepatan rata-rata tahunan untuk
setiap stasiun pengamatan. Dataset ekosistem terumbu karang didapatkan dari hasil
pengamatan lapangan yaitu berupa persen tutupan dan sebaran life form karang
keras, diperoleh dari FDC-IPB dan WCS-IP. Data karang tersebut diperoleh pada
waktu yang berbeda-beda, dalam rentang tahun 2009 hingga 2021 di tujuh stasiun
pengamatan berbeda. Stasiun pengamatan tersebut terdiri atas wilayah perairan
Biak Numfor, Pulau Kei Besar, Pulau Mare, Pulau Pramuka dan sekitarnya, Pulau
Sabu, Pulau Sebesi dan Sebuku, serta Ujung Kulon.
Pendekatan untuk mengevaluasi nilai keragaman dan potensi habitat terumbu
karang dilakukan dengan menggunakan klasifikasi morfologi atau life form karang
keras. Metode ini melibatkan klasifikasi dalam bentuk diagram segitiga terner / r-
K-S ternary diagram. Selanjutnya, kelas konservasi dihitung berdasarkan jumlah
persentase pada masing-masing kelompok life form karang keras (ruderals (r) +
competitors (K) + stress tolerators (S) = 100%). Keterkaitan antara kecepatan arus
laut (komponen u dan v) dan life form terumbu karang dapat dikaji dengan
melakukan analisis multivariat yaitu berupa analisis korespondensi kanonik
(Canonical Correspondence Analysis / CCA). Selain itu, hubungan keterkaitan
antara arus laut dan life form karang juga dikaji secara statistik melalui analisis
korelasi Spearman, khususnya untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan
antara kedua variabel kuantitatif tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata arus total (magnitude) di
stasiun pengamatan yaitu di Pulau Sebesi dan Sebuku 0,348 m/s, Pulau Sabu 0,311
m/s, Biak Numfor 0,281 m/s, Pulau Pramuka dan sekitarnya 0,269 m/s, Ujung
Kulon 0,268 m/s, Pulau Kei Besar 0,159 m/s, dan Pulau Mare 0,103 m/s. Kondisi
ekosistem terumbu karang yang tergolong kategori ‘sedang’ dan juga dilewati oleh
arus ‘sedang’ yaitu berada di: stasiun pengamatan Biak Numfor, Pulau Pramuka
dan sekitarnya, Pulau Sabu, Pulau Sebesi dan Sebuku, serta Ujung Kulon. Pulau
Kei Besar dan Pulau Mare dengan kecepatan arus lemah memiliki ekosistem
terumbu karang dalam kategori ‘baik’. Hasil observasi dari tujuh stasiun
pengamatan menunjukkan bahwa terdapat total 13 jenis life forms karang keras
(scleractinia), dengan variasi tertinggi terdapat di Pulau Mare yang mencakup 13
life form, diikuti oleh Pulau Kei Besar sebanyak 12 life form, dan stasiun lainnya
mencatat variasi jenis life form yang bervariasi antara 9 hingga 11 jenis. Kelompok
life form ruderal (r) berkorelasi positif (? 0,5) dengan arus lemah (0,1-0,2 m/s).
Kelompok life form karang Competitor (K) dan Stress-tolerator (S) memiliki
korelasi positif (? 0,5) terhadap arus sedang (0,2-0,4 m/s).