Sebagai negara berkembang, Bank Indoensia menetapkan sistem pembayaran QR Nasional yang disebut QRIS sebagai implementasi Gerakan Nasional Non-Tunai. QRIS memiliki tujuan untuk mendorong pembangunan nasional melalui program inklusi keuangan di era digital. Sistem QRIS melibatkan Merchant dan Consumer sebagai end-user system ini, serta melibatkan pemangku kepentingan utama lain seperti Bank Indonesia, Pemerintah, dan Institusi Finansial. Sejak pertama kali diterbitkan pada 17 Agustus 2019, QRIS mengalami peningkatan end-user yang signifikan terutama setelah ada wabah COVID-19 hingga saat ini. Tetapi peningkatan ini tidak disertai dengan peningkatan volume transaksi, sehingga timbul ketidaklarasan antara pekembangan end-user serta volume transaksinya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan investigasi dari perspektif merchant dan konsumen untuk melihat faktor apa yang mempengaruhi dan bagaimana kondisi tersebut dapat memberikan solusi untuk perkembangan QRIS.
Penelitian ini menggunakan variable extended UTAUT2 dengan variable government support, trust, dan perceived value sebagai tambahan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan pendekatan non-probability sampe yang melibatkan 450 responden, kemudian diolah melalui Teknik SEM-PLS. Hasil menunjukan bahwa government support dan trust merupakan variable yang paling mempengaruhi niat berperilaku dari perspektif merchant maupun konsumen.
Meningkatkan niat berperilaku dari perspektif merchant dan konsumen memiliki peran sangat penting. Sehingga direkomendasikan program yang terintegrasi antara merchant dengan melibatkan stakeholder lain untuk mewujudkan pembanguann nasional malalui QRIS. Namun, penelitian ini masih terbatas di ruang lingkup Indonesia, sehingga penelitian yang akan dating direkomedasikan untuk menambahkan variable lain dan mengeksplorasi perkembangan pembayaran digital lain untuk mendapatkana wawasan yang lebih luas.