digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800








2024_TS_PP_NURUL_ASYIFA_DAFUS.pdf
EMBARGO  2027-01-17 

2024_TS_PP_NURUL_ASYIFA_LAMPIRAN.pdf
EMBARGO  2027-01-17 

Pariwisata budaya sebagai salah satu jenis pariwisata menunjukkan potensi besar dan pertumbuhan yang cepat dalam industri pariwisata. Pariwisata budaya seringkali ditemui di daerah-daerah yang mempertahankan tradisi, termasuk kota bersejarah seperti Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru merupakan salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di Provinsi Riau. Pekanbaru. Kota Pekanbaru berdiri sejak tahun 1784, menampilkan jejak awal perkembangan kota yang kaya akan berbagai budaya dan peninggalan arsitektur, terutama di kawasan tepian Sungai Siak yang dikenal sebagai Kampung Bandar Senapelan. Atraksi/daya tarik wisata di Kampung Bandar Senapelan Pekanbaru didominasi oleh daya tarik wisata budaya. Berbagai acara kebudayaan yang diadakan oleh masyarakat hingga saat ini menjadi bagian dari tradisi masyarakat Melayu di kawasan tersebut. Terdapat dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata budaya baik itu dampak positif maupun dampak negatif, baik dari kualitas lingkungan, kemacetan, ekonomi, serta sosial budaya. Dampak dari kegiatan pariwisata budaya ini dapat pula memengaruhi ruang permukiman dimana terjadi transformasi yang terjadi selama pelaksanaan acara budaya. Perubahan dan perbedaan dalam ruang permukiman dan di dalam hunian yang dapat terlihat antara keseharian atau low season, dengan peak season ketika berlangsungnya acara-acara tertentu. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method gabungan kualitatif dan kuantitatif yakni metode penelitian pragmatis dan gabungan. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum lokasi, data keadaan saat low season, objek pada ruang luar permukiman, serta persepsi masyarakat mengenai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata budaya. Metode ini dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian, dilakukan kuantifikasi untuk melakukan pengelompokkan terhadap hasil analisis kualitatif, metode ini digunakan untuk menganalisis data perubahan ruang pada saat peak season. Metode ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Cara penentuan jumlah sampel adalah menggunakan non probability sampling dengan metode purposive sampling. Variabel dari konsep transformasi ruang permukiman ini terdiri dari elemen –elemen komponen pariwisata 4A yang terdiri dari atraksi/daya tarik wisata, aksesibilitas, amenitas, dan ansilari. Selain itu terdapat juga elemen persepsi masyarakat meliputi kualitas lingkungan, kemacetan, ekonomi, dan sosial. Variabel dari konsep transformasi ruang ini meliputi elemen- elemen spasial ruang yang terdiri dari fungsi, bentuk, dimensi, aktivitas, serta teritori. Pada analisis deskriptif dilakukan penjabaran data secara kualitatif mengenai kondisi permukiman saat keseharian (low season). Lalu dilakukan analisis distribusi frekuensi untuk mengetahui aspek perubahan yang paling sering muncul dan persepsi masyarakat mengenai kegiatan pariwisata budaya. Temuan dari penelitian menunjukkan sebanyak 36% responden merasa pelaksanaan acara kebudayaan membuat lingkungan rumah semakin baik. Sebanyak 29% responden merasa bahwa kehadiran wisatawan mempengaruhi keadaan lingkungan. 35% responden merasa bahwa acara kebudayaan yang diselenggarakan di sekitar kawasan Kampung Bandar menyebabkan kebisingan. Menurut 65% dari responden mengatakan acara kebudayaan yang dilaksanakan di sekitar kawasan Kampung Bandar menyebabkan kemacetan. Sebanyak 39% responden mengalami perubahan mata pencaharian pada saat peak season atau pelaksanaan acara kebudayaan di sekitar permukiman mereka. Menurut 54% responden, acara kebudayaan yang dilaksanakan di kawasan Kampung Bandar membuat lapangan pekerjaan semakin meningkat. Sebanyak 80% responden mendukung pelaksanaan acara kebudayaan di sekitar kawasan permukiman Kampung Bandar. Terdapat 49% responden yang merupakan masyarakat permukiman Kampung Bandar yang merasakan bahwa kegiatan pariwisata budaya yang dilaksanakan di Kampung Bandar penting bagi kehidupan masyarakat di Kampung Bandar. Selain itu untuk transformasi temporal pada ruang permukiman, terdapat 22% unit mengalami perubahan fungsi bangunan, terdapat 2% unit yang mengalami perubahan bentuk, tidak terdapat bangunan yang mengalami perubahan dimensi, terdapat 40% responden yang mengalami perubahan aktivitas, dan terdapat 8% responden menyatakan adanya perubahan batasan wilayah antara penghuni dengan wisatawan saat pelaksanaan acara kebudayaan di sekitar kawasan Kampung Bandar.