digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keanekaragaman sumber daya alam, budaya dan sejarah di Indonesia diyakini dapat mendukung pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia, ini dapat terlihat dari beragamnya destinasi dan daya tarik wisata. Faktanya, industri pariwisata Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif baik secara lokal maupun internasional, serta berdampak besar bagi negara. Pariwisata budaya menjadi penyumbang terbesar bagi industri pariwisata di Indonesia, sehingga pengelolaan destinasi wisata yang efektif dan tepat menjadi suatu hal yang sangat penting. Studi ini mengacu pada perilaku wisatawan di destinasi wisata budaya, dimana mereka terdorong oleh motivasi pendidikian dan pencarian kebaruan yang membuat mereka cenderung tidak akan mengunjungi destinasi tersebut di masa mendatang walauun mereka menyukai kunjungan mereka. Fenomena ini dapat mengakibatkan tidak adanya loyalitas wisatawan dan keberhasilan pasar yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat kunjugan ulang wisatawan yang relevan baik untuk pengembangan teori ataupun pengelolaan destinasi wisata budaya. Penelitian tambahan untuk mengidentifikasi hubungan antara niat kunjungan ulang dan kesediaan untuk merekomendasikan juga dilakukan. Ruang lingkup peneilitian ini berada di Kota Surakartya yang terkenal dengan “Kota Budaya”, ini merupakan studi kuantitatif yang mengumupulkan data primer melalui kuesioner yang telah diuji coba dan menganalisis data dengan metode PLS-SEM. Sebanyak 215 responden dikumpulkan dengan kriteria berdomisili di luar Kota Surakarta, Warga Negara Indonesia, dan telah mengunjungi setidaknya salah satu destinasi berikut: Pura Mangkunegaran dan Keraton Surakarta Hadiningrat. Hasil penelitian ini mendukung ide bahwa motivasi perjalanan, kontak budaya, nilai yang dirasakan, dan kepuasan wisatawan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap niat kunjungan ulang wisatawan di destinasi wisata budaya. Sementara ide bahwa niat kunjungan ulang wisatawan dipengaruhi oleh citra destinasi afektif dan risiko yang dirasakan tidak didukung oleh studi ini. Minat kunjungan ulang juga terbukti berpengaruh signifikan terhadap kesediaan untuk merekomendasikan. Studi ini juga menegaskan kembali bahwa aspek budaya tampaknya krusial dalam wisata budaya, sehingga pengoperasian destinasi harus menekankan pada aspek budaya yang nantinya secara kreatif dapat diwujudkan menjadi berbagai pengalaman yang berkesan bagi wisatawan. Selain itu, beberapa rekomendasi untuk manajemen wisata budaya adalah mengelola kepuasan wisatawan dan nilai yang dirasakan wisatawan, menonjolkan aspek budaya dan mengelola kegiatan budaya, kemudian memanfaatkan media sosial sebagai alat periklanan.