digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Theresia Utaminingsih S
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Theresia Utaminingsih S
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Theresia Utaminingsih S
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Theresia Utaminingsih S
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Theresia Utaminingsih S
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Theresia Utaminingsih S
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Dalam lanskap keuangan kontemporer, inklusi keuangan muncul sebagai aspek fundamental dalam strategi pengembangan, yang penting untuk kemakmuran individu dan pertumbuhan makroekonomi. Namun, basis data Global Findex Bank Dunia tahun 2017 menyoroti bahwa sekitar 1,7 miliar orang dewasa di seluruh dunia masih terasing dari layanan perbankan esensial, akibat dari berbagai hambatan yang kompleks. Indonesia, dengan ekosistem keuangannya yang unik yang ditandai dengan ekspansi simultan bank konvensional dan Syariah, menjadi perwujudan dari tantangan global ini. Meskipun sektor perbankan mengalami pertumbuhan yang mengesankan, mencapai 31.000 unit dari 115 bank pada tahun 2018, negara ini masih bergulat dengan masalah literasi dan akses perbankan yang terbatas bagi warganya. Sebagai respons, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan inisiatif 'LAKU PANDAI' pada tahun 2015. Program ini memanfaatkan kekuatan teknologi dan kemitraan perbankan eksternal, berupaya menyediakan layanan perbankan yang sederhana dan mudah diakses. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi kesenjangan inklusi keuangan, mendorong kesetaraan ekonomi antara wilayah pedesaan dan perkotaan di Indonesia. Salah satu peserta penting dalam inisiatif ini adalah Bank Tepat Nasional Syariah (BTNS), yang memeluk program 'LAKU PANDAI' melalui pengenalan "WOW! iB Agent" pada tahun 2015. Langkah ini selaras dengan komitmen BTNS untuk memperluas peluang pertumbuhan bagi jutaan orang. Namun, perjalanan BTNS dalam perbankan agen menemui paradoks yang tidak terduga: penyebaran Mitra Tepat vi (MT) atau agen perbankan tidak sejalan dengan peningkatan total transaksi, melainkan penurunan yang mencolok. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kompleksitas yang mengelilingi hubungan antara Pertumbuhan MT dan Penurunan Transaksi di BTNS, berusaha memahami faktor internal yang mendorong penurunan ini dan merumuskan strategi pemasaran yang efektif untuk peningkatan transaksi. Dengan menggunakan metodologi penelitian yang sekuensial dan integratif, penelitian ini memanfaatkan kombinasi analisis SWOT, Porter's Five Forces, dan PESTLE untuk menganalisis faktor internal dan eksternal. Wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan kunci, termasuk agen bank, pelanggan, dan manajer, menawarkan wawasan kualitatif yang kaya, dilengkapi dengan desk study komprehensif dari literatur dan data yang ada. Selanjutnya, survei kuantitatif dilakukan, menargetkan sampel populasi yang lebih luas untuk memvalidasi temuan dan menguji hipotesis menggunakan Pemodelan Persamaan Struktural Partial Least Squares (PLS-SEM). Analisis kualitatif mengungkap tema seperti Perbankan Agen Inovatif, Digitalisasi dalam Perbankan Agen, Produk Populer dan Penggunaan Agen, Strategi Pemasaran, Peluang dalam Pengembangan Perbankan Agen, Persaingan dalam Industri Perbankan Agen, Tantangan dalam Bisnis, Dukungan Bank, Kendala dalam Implementasi Strategi Pemasaran, Strategi Pemasaran Agen, Pengaruh Digitalisasi, Manfaat bagi Agen, Tantangan dalam Implementasi, Efektivitas Strategi Pemasaran, Peran Digitalisasi dalam Pemasaran, Kesulitan dalam Pemasaran, Pendekatan dalam Strategi Pemasaran. Selanjutnya, analisis kuantitatif mengungkapkan bahwa Komunikasi (C), Preferensi Konsumen (CP), dan Produk (P) secara signifikan memengaruhi Pemasaran Hubungan (RM), yang pada gilirannya memengaruhi Profitabilitas (PR). Menariknya, penelitian ini menemukan bahwa Struktur Pasar (MS) tidak memiliki efek signifikan terhadap RM. Sebuah temuan penting adalah bahwa dampak Kualitas Layanan (SQ) terhadap RM, meskipun secara statistik signifikan, menunjukkan koefisien negatif. Selain itu, penelitian ini melakukan analisis mediasi, mengungkap bahwa RM berfungsi sebagai mediator parsial komplementer dalam jalur dari C ke PR dan dari vii P ke PR. Namun, hasil yang tidak terduga muncul dalam konteks SQ, di mana koefisiennya secara konsisten menunjukkan nilai negatif di semua efek. Studi ini merekomendasikan agar PT BTNS meningkatkan fokusnya pada penyempurnaan strategi komunikasi, menyelaraskan inovasi produk dengan preferensi pelanggan, dan secara menyeluruh menilai kembali kerangka kerja kualitas layanannya. Langkah-langkah ini sangat penting dalam meningkatkan profitabilitas bank dan mengkonsolidasikan posisi kompetitifnya di pasar, sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap tujuan inklusi keuangan yang lebih luas di Indonesia.