2024 TS PP Theresia Utaminingsih Sihombing - Cover.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza
Dalam lanskap keuangan kontemporer, inklusi keuangan muncul sebagai aspek
fundamental dalam strategi pengembangan, yang penting untuk kemakmuran
individu dan pertumbuhan makroekonomi. Namun, basis data Global Findex Bank
Dunia tahun 2017 menyoroti bahwa sekitar 1,7 miliar orang dewasa di seluruh
dunia masih terasing dari layanan perbankan esensial, akibat dari berbagai
hambatan yang kompleks. Indonesia, dengan ekosistem keuangannya yang unik
yang ditandai dengan ekspansi simultan bank konvensional dan Syariah, menjadi
perwujudan dari tantangan global ini. Meskipun sektor perbankan mengalami
pertumbuhan yang mengesankan, mencapai 31.000 unit dari 115 bank pada tahun
2018, negara ini masih bergulat dengan masalah literasi dan akses perbankan yang
terbatas bagi warganya. Sebagai respons, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
meluncurkan inisiatif 'LAKU PANDAI' pada tahun 2015. Program ini
memanfaatkan kekuatan teknologi dan kemitraan perbankan eksternal, berupaya
menyediakan layanan perbankan yang sederhana dan mudah diakses. Tujuan
utamanya adalah untuk mengurangi kesenjangan inklusi keuangan, mendorong
kesetaraan ekonomi antara wilayah pedesaan dan perkotaan di Indonesia. Salah satu
peserta penting dalam inisiatif ini adalah Bank Tepat Nasional Syariah (BTNS),
yang memeluk program 'LAKU PANDAI' melalui pengenalan "WOW! iB Agent"
pada tahun 2015. Langkah ini selaras dengan komitmen BTNS untuk memperluas
peluang pertumbuhan bagi jutaan orang. Namun, perjalanan BTNS dalam
perbankan agen menemui paradoks yang tidak terduga: penyebaran Mitra Tepat
vi
(MT) atau agen perbankan tidak sejalan dengan peningkatan total transaksi,
melainkan penurunan yang mencolok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kompleksitas yang mengelilingi
hubungan antara Pertumbuhan MT dan Penurunan Transaksi di BTNS, berusaha
memahami faktor internal yang mendorong penurunan ini dan merumuskan strategi
pemasaran yang efektif untuk peningkatan transaksi. Dengan menggunakan
metodologi penelitian yang sekuensial dan integratif, penelitian ini memanfaatkan
kombinasi analisis SWOT, Porter's Five Forces, dan PESTLE untuk menganalisis
faktor internal dan eksternal. Wawancara mendalam dengan pemangku
kepentingan kunci, termasuk agen bank, pelanggan, dan manajer, menawarkan
wawasan kualitatif yang kaya, dilengkapi dengan desk study komprehensif dari
literatur dan data yang ada. Selanjutnya, survei kuantitatif dilakukan, menargetkan
sampel populasi yang lebih luas untuk memvalidasi temuan dan menguji hipotesis
menggunakan Pemodelan Persamaan Struktural Partial Least Squares (PLS-SEM).
Analisis kualitatif mengungkap tema seperti Perbankan Agen Inovatif, Digitalisasi
dalam Perbankan Agen, Produk Populer dan Penggunaan Agen, Strategi
Pemasaran, Peluang dalam Pengembangan Perbankan Agen, Persaingan dalam
Industri Perbankan Agen, Tantangan dalam Bisnis, Dukungan Bank, Kendala
dalam Implementasi Strategi Pemasaran, Strategi Pemasaran Agen, Pengaruh
Digitalisasi, Manfaat bagi Agen, Tantangan dalam Implementasi, Efektivitas
Strategi Pemasaran, Peran Digitalisasi dalam Pemasaran, Kesulitan dalam
Pemasaran, Pendekatan dalam Strategi Pemasaran. Selanjutnya, analisis kuantitatif
mengungkapkan bahwa Komunikasi (C), Preferensi Konsumen (CP), dan Produk
(P) secara signifikan memengaruhi Pemasaran Hubungan (RM), yang pada
gilirannya memengaruhi Profitabilitas (PR). Menariknya, penelitian ini
menemukan bahwa Struktur Pasar (MS) tidak memiliki efek signifikan terhadap
RM. Sebuah temuan penting adalah bahwa dampak Kualitas Layanan (SQ)
terhadap RM, meskipun secara statistik signifikan, menunjukkan koefisien negatif.
Selain itu, penelitian ini melakukan analisis mediasi, mengungkap bahwa RM
berfungsi sebagai mediator parsial komplementer dalam jalur dari C ke PR dan dari
vii
P ke PR. Namun, hasil yang tidak terduga muncul dalam konteks SQ, di mana
koefisiennya secara konsisten menunjukkan nilai negatif di semua efek. Studi ini
merekomendasikan agar PT BTNS meningkatkan fokusnya pada penyempurnaan
strategi komunikasi, menyelaraskan inovasi produk dengan preferensi pelanggan,
dan secara menyeluruh menilai kembali kerangka kerja kualitas layanannya.
Langkah-langkah ini sangat penting dalam meningkatkan profitabilitas bank dan
mengkonsolidasikan posisi kompetitifnya di pasar, sehingga memberikan
kontribusi signifikan terhadap tujuan inklusi keuangan yang lebih luas di Indonesia.