Pasar ritel alat tulis mengalami transformasi signifikan akibat pertumbuhan perdagangan digital dan preferensi unik konsumen Generasi Z. Studi ini meneliti Toko Barus, pengecer alat tulis terkemuka di Kabanjahe, Sumatera Utara, dalam mengatasi perubahan ini dengan beralih dari model B2B tradisional ke pendekatan B2C yang dinamis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian metode campuran untuk menganalisis wawasan kualitatif dari wawancara dengan manajemen Toko Barus dan data kuantitatif dari survei konsumen Generasi Z. Studi ini menggunakan alat analisis internal, termasuk analisis VRIO, Marketing Mix, STP (Segmentasi, Targeting, dan Positioning), dan strategi untuk beralih dari
B2B ke B2C. Secara eksternal, studi ini menggunakan analisis PEST, Lima Kekuatan Porter, Analisis Pesaing, dan Analisis Pelanggan untuk memahami lanskap pasar yang lebih luas.
Studi ini menemukan bahwa Toko Barus memiliki kekuatan seperti reputasi B2B yang kuat, basis pelanggan yang mapan, dan hubungan baik dengan pemasok, yang dapat dimanfaatkan dalam transisi ke B2C. Namun, tantangan termasuk kebutuhan akan lebih banyak keahlian pemasaran digital, variasi produk yang terbatas, dan mekanisme umpan balik yang tidak memadai untuk memahami preferensi pelanggan. Tantangan utama Toko Barus dalam beralih ke model B2C termasuk investasi signifikan dalam pemasaran digital dan kapabilitas ecommerce, potensi keterasingan pelanggan B2B yang sudah ada, dan kebutuhan untuk melibatkan Generasi Z melalui pengalaman yang inovatif dan interaktif. Untuk mengatasi tantangan ini, Toko Barus telah mengembangkan rencana strategis yang berfokus pada enam strategi utama: meningkatkan pemasaran digital dan keterlibatan pelanggan, meningkatkan platform e-commerce, memperluas jangkauan produk, mengimplementasikan pemasaran media sosial strategis, membangun sistem umpan balik pelanggan yang komprehensif, dan melatih staf untuk layanan pelanggan yang dipersonalisasi.