Indonesia bertujuan untuk meningkatkan PDB-nya dari sektor kelautan dan
menjunjung kebijakan hulu, terutama di sektor pertambangan. Pemerintah
Indonesia optimis tentang potensi Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan
terbesar di dunia. Implementasi kebijakan ini akan menguntungkan sektor industri
dan industri pelayaran dengan meningkatkan jumlah muatan bahan baku yang
diangkut ke pabrik peleburan. PT. Samudera Indonesia Tbk., salah satu perusahaan
pelayaran terbesar di Indonesia, memiliki potensi untuk memanfaatkan peluang ini.
Meskipun pendapatan mengalami peningkatan signifikan dari 2020 hingga 2022,
harga saham telah mengalami penurunan sejak pertengahan 2022, meskipun
sentimen positif di sektor maritim dan industri pelayaran Indonesia. Analisis
industri dengan menggunakan Porter’s 5 Forces menunjukkan persaingan antar
perusahaan pelayaran di Indonesia cukup tinggi, hal ini memerlukan keunggulan
kompetitif berkelanjutan yang baik dari perusahaan agar dapat mempertahankan
pangsa pasar yang besar di industri pelayaran dan logistik.
Penelitian ini menghitung nilai intrinsik PT. Samudera Indonesia Tbk. dengan
menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF), dan melakukan penilaian
relatif dengan menggunakan Enterprise Value (EV) to EBITDA. Berdasarkan
metode DCF, perusahaan memiliki nilai intrinsik sebesar 1,39 USD per saham,
yang merupakan undervalued dibandingkan harga saham saat ini sebesar 0,024
USD per saham. Berdasarkan Enterprise Value to EBITDA, PT. Samudera
Indonesia memiliki EV to EBITDA sebesar -0,08 (negatif 0,08); sedangkan
perusahaan sejenis lainnya mempunyai rata-rata EV to EBITDA sebesar 2,91; hal
ini menunjukkan bahwa PT. Samudera Indonesia dinilai terlalu rendah
dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya.
Berdasarkan hasil tersebut, penulis merekomendasikan untuk membeli saham PT.
Samudera Indonesia Tbk., karena harga saham saat ini lebih rendah dari nilai
intrinsiknya, dan memiliki rasio EV to EBITDA yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan sejenis.