COVER Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 1 Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 2 Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 3 Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 4 Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 5 Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza PUSTAKA Michael Yonathan Suryana
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza
Industri batubara hari ini menghadapi isu lingkungan. Batubara dikenal sebagai
sumber energi kotor. Banyak organisasi non-profit dengan fokus isu ESG
menginisiasi pergerakan untuk memaksa pemerintah menerapkan pergerakan
transisi energi. Saat ini, pemerintah sadar untuk menerapkan transisi energi
sesegera mungkin. Hal ini mendorong pemerintah untuk merumuskan regulasi baru
terkait visi transisi energi. Secara global, banyak pemerintah menerapkan regulasi
untuk memaksa perusahaan dan industry untuk menerapkan transisi energi. Hal ini
terjadi juga di Indonesia. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk
mematuhi target Net Zero Emissions. Dalam rangka mencapai target ini,
pemerintah Indonesia merumuskan regulasi terbaru PP No. 112/2022. Regulasi ini
mengatur penghentian dini pembangkit listrik batubara. Regulasi ini akan
menurunkan kebutuhan batubara di masa depan. Akhirnya, regulasi ini memaksa
perusahaan batubara di Indonesia untuk menerapkan pergerakan transisi energi.
Banyak perusahaan batubara di Indonesia terpaksa mengubah strategi bisnis
mereka. Hal ini terjadi juga terhadap PT Indika Energy Tbk (INDY).
PT Indika Energy Tbk menerapkan beberapa strategi untuk mengurangi risiko
hokum ini, yaitu dengan investasi di dalam industri selain batubara, dekarbonisasi
operasi, dan divestasi dari industry tinggi karbon. Salah satu aksi korporasi
menarik yang dilaksanakan oleh PT Indika Energy Tbk yaitu strategi divestasi yang
diterapkan selama beberapa tahun terakhir. Divestasi terbaru dilakukan oleh INDY
yaitu divestasi PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
PT Multi Tambangjaya Utama telah berkontribusi terhadap sekitar 6 hingga 8%
total pendapatan dari PT Indika Energy Tbk. Selain itu, kualitas batubara PT Multi
Tambangjaya Utama tergolong sebagai batubara kualitas tinggi dengan nilai
kalori yang tinggi. Aksi korporasi ini menarik perhatian banyak investor.
Di dalam penelitian ini, valuasi PT Indika Energy Tbk akan direvaluasi dan
dibandingkan antara sebelum divestasi MUTU dengan setelah divestasi MUTU. PT
Multi Tambangjaya Utama bukan perusahaan publik, sehingga awalnya
dibutuhkan estimasi laporan keuangan. Valuasi yang digunakan di dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity
(FCFE). Perhitungan FCFE akan digunakan pada PT Indika Energy Tbk sebelum
divestasi MUTU dan setelah divestasi MUTU. Kemudian, nilai sebelum divestasi
MUTU dan setelah divestasi MUTU dibandingkan satu sama lain. Selain itu, di
dalam penelitian ini juga dibahas mengenai rasio keuangan dan valuasi relatif
dibandingkan dengan perusahaan batubara lain di Indonesia