digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB VI Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Rossa Kamila
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Usaha peternakan ayam petelur di Indonesia perlu untuk terus dikembangkan guna memenuhi permintaan telur ayam ras dari masyarakat. Dalam menjalankan usaha peternakan ayam petelur memiliki tantangan tersendiri, diantaranya yaitu pengelolaan limbah ayam petelur berupa kotoran ayam agar tidak merugikan lingkungan dengan bau yang ditimbulkan serta penyebaran penyakit melalui lalat. Selain itu, tantangan utama bagi usaha peternakan ayam adalah biaya penyediaan pakan yang begitu besar karena kebutuhan biaya penyediaan pakan ayam dapat mencapai 60-70% dari keseluruhan biaya produksi dalam peternakan ayam. Tingginya penggunaan bahan baku pakan ayam seperti tepung ikan, minyak ikan, bungkil kedelai, dan biji-bijian lainnya yang semakin meningkat juga menyebabkan keterbatasan bahan dan peningkatan harga bahan dan berdampak pada harga pakan ayam komersial pula. Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi tantangan tersebut agar peternakan ayam dapat tetap berjalan maka perlu untuk mengembangkan alternatif pakan untuk ayam. Larva Hermetia illucens atau yang dikenal sebagai Black Soldier Fly (BSF) saat ini sudah banyak digunakan sebagai agen biokonversi untuk berbagai limbah dan merupakan serangga yang mudah dipelihara di Indonesia. Larva Hermetia illucens menurut beberapa penelitian juga telah berhasil dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ayam yang dapat menggantikan tepung kedelai hingga sebesar 10-20% atau 50% hingga keseluruhan dari bungkil kedelai pada pakan ayam. Integrasi antara budidaya ayam ras petelur dan budidaya larva BSF dapat memberikan keuntungan seperti mengurangi biaya pakan, mengurangi jumlah limbah organik dengan mengolahnya menggunakan larva BSF menjadi pupuk organik kasgot. Sistem produksi telur ayam ras strain Isa Brown terintegrasi produksi larva Hermetia illucens sebagai suplemen pakan diharapkan mampu menekan biaya pakan dan meningkatkan nilai guna dari limbah peternakan ayam petelur sehingga menjadi penghasilan tambahan bagi peternakan, serta dapat menjadi sistem usaha yang berkelanjutan. Pada sistem produksi telur ayam ras digunakan alternatif berupa budidaya ayam petelur strain Isa Brown dengan campuran pakan ayam komersial dan larva BSF yang diperoleh dari budidaya BSF secara mandiri. Sistem produksi ini dirancang untuk kapasitas 4500 ekor ayam selama 104 minggu per satu siklus produksi. Alternatif ini dapat memberikan nilai Revenue Cost (R/C) Ratio terbesar yaitu 1,90 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan atau cost sebesar 1 satuan akan diperoleh pemasukan atau revenue sebesar 1,90 satuan. Pra-rancangan sistem produksi telur ayam ras strain Isa Brown terintegrasi produksi larva Hermetia illucens sebagai suplemen pakan dapat menghasilkan produk berupa telur ayam dengan harga jual Rp26.000,00 per kg, ayam petelur afkir dengan harga jual Rp40.000,00 per ekor, pupuk kandang ayam dengan harga Rp11.500,00 per karung ukuran 25 kg, dan pupuk kasgot dengan harga jual Rp15.000,00 per kg. Biaya investasi awal yang diperlukan sebesar Rp2.038.100.000,00. Besaran biaya investasi berubah pada setiap tahunnya bergantung pada umur manfaat dari alat yang digunakan selama siklus produksi. Kapasitas produksi per siklus dari subsistem ayam ras petelur adalah telur ayam sebesar 120.145,41 kg dengan pendapatan sebesar Rp3.123.780.660,00, pupuk kandang ayam sebanyak 105.879,13 kg dengan pendapatan sebesar Rp48.704.401,48, dan ayam petelur afkir sebanyak 4500 ekor dengan pendapatan sebesar Rp180.000.000,00. Kapasitas produksi BSF selama satu siklus budidaya ayam adalah larva BSF sebesar 62.521,20 kg yang sepenuhnya digunakan untuk pakan ayam, dan pupuk kasgot sebesar 79.572,44 kg dengan pendapatan sebesar Rp1.196.309.142,50. Usaha akan menerima keuntungan saat tercapai Break Even Point (BEP) untuk produk telur ayam sebesar Rp1.402.774.345,59 dengan BEP unit sebesar 53.952,86 kg, BEP produk pupuk kandang ayam sebesar Rp8.380.652,18 dengan BEP unit sebesar 728,75 karung ukuran 25kg, BEP produk ayam petelur afkir sebesar Rp 27.575.464,64 dengan BEP unit sebesar 689,39 ekor, dan BEP produk pupuk kasgot sebesar Rp199.850.948,37 dengan BEP unit sebesar 13.323,40kg. Modal investasi untuk pra-rancangan sistem usaha ini akan kembali dalam jangka waktu 3 tahun 0 bulan 4 hari. Net Present Value (NPV) diperoleh sebesar Rp1.465.389.330,72. Tingkat pengembalian internal atau Internal Rate of Return (IRR) perusahaan sebesar 29,78% dan B/C Ratio sebesar 1,72. Berdasarkan hasil analisis ini, maka pra-rancangan sistem produksi telur ayam ras strain Isa Brown terintegrasi dengan produksi larva Hermetia illucens sebagai suplemen pakan layak untuk direalisasikan