Diabetes Mellitus (DM) merupakan kondisi metabolik kronis yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa darah yang persisten (?200 mg/dL). Penyakit ini diklasifikasikan menjadi dua tipe utama yaitu diabetes tipe 1 (DMT1) dan diabetes tipe 2 (DMT2). DMT1 terkait dengan ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang memadai, sementara DMT2 ditandai oleh resistensi sel tubuh terhadap insulin. DMT2 menyumbang sekitar 90% dari total kasus DM yang dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, termasuk pola makan yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik.
Prevalensi diabetes secara global terus meningkat dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Menurut International Diabetes Federation (IDF) dan Global Burden of Diseases, Injuries and Risk Factors Study (GBD) 2019, diabetes menduduki peringkat ke delapan sebagai penyebab kematian dan kecacatan paling signifikan di dunia. Pada tahun 2019, lebih dari 460 juta orang terkena diabetes dengan predikisi peningkatan yang signifikan hingga tahun 2045. Di kawasan Asia Tenggara, terdokumentasi sekitar 88 juta kasus diabetes yang menambah beban kesehatan masyarakat. Indonesia sendiri diproyeksikan memiliki 21,3 juta kasus diabetes pada tahun 2030.
Dampak global dan nasional yang signifikan dari diabetes, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi, memotivasi upaya pencarian metode pengobatan yang efektif. Seiring dengan itu, penelitian intensif dilakukan untuk mengeksplorasi potensi senyawa alami terutama yang berasal dari tumbuhan, sebagai alternatif dalam pencegahan dan pengobatan diabetes. Tumbuhan Litsea, salah satu marga yang tersebar luas di wilayah Asia dan Amerika Utara menjadi fokus dalam penelitian ini.
Berdasarkan studi dari penelitian sebelumya, menunjukkan bahwa senyawa fenol dan flavonoid dari tumbuhan Litsea memiliki potensi sebagai antidiabetes. Pendekatan berdasarkan marga tumbuhan yang sama berasal dari tumbuhan Litsea diasumsikan dapat memberikan aktivitas yang serupa. Sebanyak 38 jenis tumbuhan Litsea didokumentasikan terdapat di Kalimantan Timur dan dalam penelitian ini menggunakan lima jenis tumbuhan Litsea yang diperoleh dari Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja yaitu Litsea elliptica, L. ferruginea, Litsea firma, Litsea garciae dan Litsea sp. Tumbuhan Litsea tersebut menarik untuk diinvestigasi karena terbatasnya laporan terkait studi baik kandungan kimianya serta aktivitas farmakologi khususnya antidiabetes.
Kelima tumbuhan Litsea tersebut diekstraksi menggunakan etanol dengan metode refluks. Ekstrak dipekatkan kemudian dipantau secara kromatografi lapis tipis, ditentukan total fenol dan flavonoid serta aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?-glukosidase. Ekstrak etanol L. firma menunjukkan aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?-glukosidase paling baik seiring dengan kandungan senyawa fenol dan flavonoidnya lebih besar dibandingkan dengan ekstrak tumbuhan Litsea lainnya.
Tumbuhan yang dipilih adalah L. garciae untuk diisolasi lebih lanjut berdasarkan beberapa parameter dalam kriteria penelitian: nilai rendemen ekstrak, ketersediaan bahan di alam, penggunaan secara tradisional, riwayat laporan penelitian terkait, kadar total fenol dan flavonoid serta aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?-glukosidase. Ekstraksi secara sinambung dengan alat Soxhlet dilakukan dengan peningkatan kepolaran menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol. Masing-masing ekstrak dievaluasi pola KLT, kandungan fenol dan flavonoid serta aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?-glukosidase. Ekstrak etil asetat L. garciae selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi kolom klasik yang dielusi secara gradien dengan fase gerak n-heksana-etil asetat-metanol (100:0:0 – 0:0:100). Diperoleh tujuh fraksi yang kemudian dipantau pola KLT dan aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?-glukosidase. Berdasarkan kriteria penelitian selanjutnya fraksi F4 disubfraksinasi lebih lanjut menggunakan kolom kromatografi klasik menggunakan silika gel 60 dan fase gerak n-heksana-etil asetatetanol (65:35:5). Sebanyak sembilan subfraksi gabungan yang diperoleh kemudian dievaluasi seperti pada fraksi. Pada subfraksi F4.6 terdapat kristal dan memiliki aktivitas inhibitor ?amilase dan ?-glukosidase. Kristal tersebut diambil dan dilarutkan dengan kloroform, bagian yang tidak larut dipisahkan dan masing-masing dipantau secara kromatografi lapis tipis.
Pola KLT dari bagian yang terlarut pada kloroform menunjukkan bercak yang tunggal dan disebut sebagai isolat A. Bagian yang tidak larut kloroform dimurnikan dengan KLT preparatif dan diperoleh isolat R. Kedua isolat tersebut diuji kemurniannya menggunakan KLT pengembangan tunggal dengan tiga sistem fase gerak dan KLT 2 dimensi. Karakterisasi isolat A dilakukan menggunakan penampak bercak KOH 10%, sedangkan isolat R menggunakan sitroborat. Evaluasi aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?-glukosidase isolat A dan R menunjukkan berturut turut IC50 sebesar 15,66 ± 0,12 dan 11,49 ± 0,18 µg/mL untuk isolat A, dan 225,42 ± 0,76 dan 203,85 ± 0,99 µg/mL untuk isolat R, sedangkan akarbosa menunjukkan nilai IC50 sebesar 24,1 ± 1,88 dan 55,95 ± 3,84 µg/mL untuk aktivitas inhibisi ?-amilase dan ?glukosidase. Struktur isolat A kemudian diprediksi dengan bantuan data RMI 1H, RMI 13C, DEPT, COSY, dan HMBC, sedangkan isolat R dengan RMI 1H dan RMI 13C. Berdasarkan data RMI disimpulkan bahwa isolat A adalah skopoletin dan isolat R adalah isokuersitrin.