Bursa Efek Indonesia, juga dikenal sebagai BEI, telah muncul sebagai pemain
terkemuka dalam lanskap keuangan di Asia Tenggara. Indeksnya yang paling
menarik, ‘LQ45’, telah menarik minat investor internasional yang menganggapnya
sebagai sumber potensi keuntungan besar. Bursa Efek Indonesia telah tumbuh
secara eksponensial karena partisipasi investor asing. Namun demikian, dengan
ketatnya persaingan dari negara-negara berkembang lainnya dan tingginya
volatilitas yang terjadi di pasar saham saat ini, BEI dapat memperkirakan
ancaman penurunan investasi portofolio asing karena persaingan pasar saham
yang semakin menarik.
Memahami karakteristik pengembalian risiko LQ45 dibandingkan dengan indeks
acuan yang diakui sangat penting untuk membuat keputusan investasi yang cerdas.
Studi ini akan melakukan analisis komparatif atribut risk-return LQ45
dibandingkan dengan enam indeks acuan terkenal, khususnya Indeks S&P 500,
Indeks Straits Times, Indeks FTSE 100, Shanghai Stock Exchange Composite, BSE
Sensex , dan Indeks BOVESPA. Studi ini menggunakan beberapa ukuran risiko dan
pengembalian, seperti deviasi standar, koefisien variasi, dan rasio Sharpe, untuk
menilai kinerja relatif LQ45 dan implikasinya terhadap manajer portofolio
internasional yang ingin mendiversifikasi investasi ke pasar negara berkembang.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia merupakan
tujuan investasi yang menarik, Indonesia masih tertinggal dibandingkan India
dalam hal tingkat pengembalian yang disesuaikan dengan risiko. Namun, temuan
menunjukkan bahwa investor dapat menghindari risiko masih bisa mendapatkan
keuntungan lebih ketika melakukan diversifikasi ke LQ45 karena mitigasi risiko
yang lebih tinggi.