digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA M Reminton Helmi Aqil F.
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mengambil 60% dari Bauran Energi Indonesia, yang mencerminkan tingginya ketergantungan pada batu bara untuk menghasilkan listrik. Seiring dengan meningkatnya jumlah kebutuhan listrik, lambat laun emisi GRK pun timbul sebagai dampak dari kegiatan PLTU. Namun, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon berdasarkan Kontribusi Nasional Indonesia (INDC) dalam Perjanjian Paris. Target penurunan emisi sebesar 29% dengan upaya Indonesia dan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Indonesia akan menghadapi tantangan dalam mencapai target ini karena stagnasi transisi energi yang dipengaruhi oleh kurangnya investasi dan penerapan kebijakan yang tidak konsisten. Penerapan “Carbon Capture Storage” (CCS) pada PLTU “Ultra-Supercritical” (USC) diusulkan menjadi salah satu solusi yang paling sesuai untuk mendukung INDC dalam mengurangi emisi GRK. Permasalahan bisnis yang ada diperoleh dari wawancara pemangku kepentingan dan tinjauan literatur dengan menggunakan “system thinking” sebagai pendekatan kualitatif sehingga menghasilkan faktor kunci yang ditentukan dari kompleksnya sistem dalam bisnis pembangkitan listrik. Hasil pendekatan kualitatif dipadukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan persamaan matematis dalam pemodelan dinamika sistem. Beberapa skenario akan disimulasikan untuk mewakili kondisi aktual dan menunjukkan implikasi perubahan variabel seiring berjalannya waktu dalam penerapan CCS di PLTU USC dalam penurunan Emisi GRK. Simulasi penerapan CCS menghasilkan penurunan emisi GRK. Pemerintah Indonesia memainkan peran penting dalam dukungan keuangan dan peraturan. Namun, jumlah penurunan emisi tersebut tidak signifikan dibandingkan dengan program pensiun PLTU. Oleh karena itu, skenario yang paling efektif adalah program pensiun PLTU dengan porsi 40% dalam bauran energi Indonesia yang berhasil menurunkan emisi GRK menjadi 5,63 miliar tCO2e dengan investasi sebesar 12,79 miliar USD