Kompleks ofiolit merupakan formasi yang menarik untuk dibahas. Hal ini karena
batuan ultramafik yang menyusun kompleks ofiolit merupakan batuan pembawa
nikel laterit. Namun selain dari segi ekonomisnya, studi petrogenesis pada
kompleks ofiolit menjadi penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan sejarah
pembentukan batuan di daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan di daerah
Tapunopaka, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara yang
termasuk dalam East Sulawesi Ophiolite (ESO), dengan objek penelitian batuan
kompleks ofiolit daerah Tapunopaka. Penelitian terdahulu yang dilakukan pada
ESO seperti pada daerah Kabaena, Soroako, Kolonodale, Boba, Ampana,
Pagimana-Bunta, Poh Bay, Balantak, Kompleks Lamasi dan Molawe-Andowia
menunjukkan tipe ofiolit Mid Oceanic Ridge (MOR), Oceanic Plateu, dan
Suprasubduction Zone (SSZ). Hasil tersebut menjadi alasan pentingnya untuk
melakukan studi petrogenesis ofiolit di beberapa kompleks ofiolit di daerah lain
yang termasuk dalam ESO yang belum diteliti seperti daerah Tapunopaka. Hal ini
bertujuan sebagai data tambahan sehingga dapat menyempurnakan genesis ESO
secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan genesis batuan
kompleks ofiolit daerah Tapunopaka serta menentukan seri dan tipe ofiolitnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan observasi
lapangan, dan analisis laboratorium yang meliputi analisis petrografi dan analisis
XRF. Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui komposisi mineral, tekstur, struktur, dan paragenesis mineral. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui
bagaimana batuan itu terbentuk serta karakteristik batuannya sehingga dapat
diketahui seri ofiolitnya. Sedangkan analisis XRF digunakan untuk mengetahui
unsur utama dari batuan sehingga dapat digunakan untuk penentuan tipe ofiolit
daerah penelitian.
Hasil yang didapatkan yaitu karakteristik batuan kompleks ofiolit daerah penelitian
yang disusun oleh batuan harzburgit, dunit, lensa ortopiroksenit, dan pegmatit
leuko-gabronorit yang memotong dunit dan harzburgit. Batuan-batuan tersebut
dijumpai telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah (1-25%) sedang (26- 50%). Ubahan ini ditunjukkan dengan hadirnya serpentin dan iddingsit yang
mengubah sebagian mineral olivin, serta hadirnya talk dan bastit yang mengubah
ii
sebagian mineral enstatit. Genesis batuan kompleks ofiolit daerah Tapunopaka
yaitu batuan dunit, harzburgit, ortopiroksenit yang dijumpai di daerah penelitian
merupakan bagian mantel atas yang terbentuk pada proses pendinginan yang lama.
Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya tekstur seperti poikilitik, consertal
intergrowth, dan tekstur kumulat. Sedangkan tekstur eksolusi lamela terbentuk saat
pendinginan kristal yang lambat pada lingkungan plutonik. Tekstur kumulat
tersebut akan membentuk struktur berlapis atau layer yang masih dapat ditemukan
dibeberapa lokasi dalam bentuk singkapan dan bongkah. Batuan pegmatit leuko- gabronorit yang memotong batuan harzburgit dan dunit disebabkan oleh peleburan
sebagian batuan mantel atas yang terjadi saat pemekaran lantai samudera.
Berdasarkan mineral ubahan yang dijumpai, batuan-batuan tersebut mengalami
ubahan akibat larutan hidrotermal dengan temperatur 100°C-600°C selama
peristiwa pemekaran lantai samudera terjadi. Berdasarkan batuan yang dijumpai di
daerah penelitian yang hanya berupa batuan harzburgit, dunit, ortopiroksenit, serta
gabro tetapi tidak dijumpai batuan ofiolit lainnya seperti batuan dike diabas dan
basal, maka seri ofiolit daerah Tapunopaka masuk kategori seri ofiolit terpisah- pisah. Berdasarkan analisis geokimia pada batuan harzburgit yang teridentifikasi
sebagai abyssal peridotite yang merupakan batuan ultramafik MOR, serta hasil
analisis batuan leuko-gabronorit yang menunjukkan afinitas magma toleitik, dapat
disimpulkan bahwa kompleks ofiolit daerah Tapunopaka terbentuk pada
lingkungan tektonik Mid Oceanic Ridge (MOR). Kompleks ofiolit Tapunopaka
telah mengalami alih tempat yang semula berada pada lingkungan MOR, menjadi
tersingkap ke permukaan akibat terimbrikasi saat tumbukan antara Mikrokontinen
Sundaland dengan ESO serta Mikrokontinen Banggai-Sula yang menumbuk ESO
kemudian. Hal ini mengakibatkan ultramafik yang sebelumnya memiliki struktur
berlapis yang horizontal menjadi miring seperti sekarang.