digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Herve Pierre Sidarta
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Badai pesisir dan tsunami merupakan salah dua potensi bencana bagi penduduk wilayah pesisir. Dalam upaya memahami kedua fenomena, salah satu metode yang dilakukan, yakni studi perbandingan endapan. Namun, masih ditemukan kesulitan dalam membedakan endapan tsunami, badai pesisir, dengan endapan pantai dikarenakan minimnya ketersediaan data analog pembanding antara ketiganya. Saat ini, belum terdapat studi identifikasi endapan badai pesisir pada wilayah Pantai Karapyak dan dengan demikian, dilakukan studi endapan dari badai pesisir yang terjadi pada tanggal 31 Agustus 2022 di wilayah tersebut. Dalam studi ini, digunakan empat metode identifikasi, yaitu deskripsi fisik lapangan, pengamatan megaskopis sampel, analisis granulometri, dan determinasi foraminifera. Perbandingan fisik yang signifikan antara endapan badai Pantai Karapyak dengan endapan tsunami Pangandaran 2006 berupa kehadiran sisipan-sisipan lapisan hitam tipis pada endapan badai yang diperkirakan sebagai mineral berat. Endapan badai menunjukkan bentuk fragmen cangkang moluska dan koral yang pipih dengan sumbu panjangnya terendapkan paralel terhadap bidang perlapisan, sedangkan endapan tsunami menunjukkan fragmen cangkang moluska dan koral yang cenderung bulat. Endapan pantai menunjukkan fragmen cangkang dan koral yang relatif tidak beraturan, namun terdapat fragmen litik yang pipih. Berdasarkan analisis granulometri, mekanisme arus selama badai berlangsung dominan turbulensi, namun berubah menjadi traksi dikarenakan energi arus yang mengalami pengurangan. Komposisi foraminifera pada sampel yang berada paling jauh dari laut mengindikasikan lingkungan asal butir tidak lebih dangkal dari neritik tengah, berdasarkan kehadiran Cellanthus sp. dan Heterostegina sp. Komposisi foraminifera pada sampel yang berada paling dekat dari laut mengindikasikan lingkungan asal butir tidak lebih dangkal dari neritik tengah, berdasarkan kehadiran Eponides sp.