digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Alex Setiabudi.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Hidrogen sulfida (H2S) adalah salah satu jenis gas yang tergolong sebagai parameter pencemar udara berbahaya yang dapat menimbulkan pencemaran dan gangguan terhadap kesehatan kerja, seperti iritasi hingga kematian, ketika terpapar dalam konsentrasi dan jangka waktu tertentu. Salah sumber emisi H2S berasal dari proses pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), yang ditemukan dalam komposisi emisi gas yang tidak terkondensasi (NCG) yang dilepaskan dari cerobong atau sistem venting cooling tower PLTP. Pada kajian ini, simulasi dispersi gas H2S diterapkan untuk melihat pola dispersi dari proses PLTP PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) Area Karaha. Simulasi dilakukan dalam tiga skenario waktu rata-rata atau periode paparan—yaitu 1 jam, 8 jam, dan 24 jam—serta simulasi dilakukan dengan menggunakan model AERMOD, yaitu steady-state gaussian plume dispersion model. Pada hasil simulasi dispersi saat kondisi persentil 100, peningkatan konsentrasi maksimum—pada waktu rata-rata 1 jam, 8 jam, dan 24 jam—secara berturut-turut adalah 102,89 ppm; 25,47 ppm; dan 10,40 ppm. Ketiga peningkatan konsentrasi tersebut telah melewati baku tingkat kebauan, yaitu 0,02 ppm. Peningkatan tersebut terjadi di lokasi koordinat yang sama, yaitu di 7°08'50,63"S – 108°05'02,61"E, yang berada tepat di dalam area kegiatan PLTP. Pada kondisi persentil 90 di lokasi yang sama, peningkatan konsentrasi maksimum—pada waktu rata-rata yang sama—secara berturut-turut dapat mencapai 1,39 ppm; 2,63 ppm; dan 3,12 ppm. Konsentrasi pada kondisi ini juga telah melampaui baku tingkat kebauan sama seperti kondisi persentil 100. Kedua kondisi ini juga telah melampaui batas pajanan konsentrasi yang terpapar terhadap pekerja, yaitu 1 ppm dengan periode paparan 8 jam. Kejadian pelampauan baku tingkat kebauan yang terjadi dalam setahun pada titik tersebut diprediksikan dapat mencapai 24,87%.