Penelitian ini bertujuan mengkaji kerentanan dan risiko bahaya akibat perubahan iklim di Kab.
Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan, terutama di sektor pesisir. Perubahan iklim berpotensi
memunculkan dua bahaya utama, yaitu rendaman pesisir dan ketidakstabilan pesisir yang terkait dengan
erosi dan sedimentasi pantai. Pertimbangan mengenai kerentanan, bahaya, serta risiko pesisir menjadi
relevan dengan percepatan pembangunan infrastruktur saat ini. Studi ini difokuskan pada proyeksi
kerentanan dan risiko bahaya pesisir mulai dari tahun 2025 hingga 2045 dengan memanfaatkan enam
skenario ancaman akibat kenaikan permukaan air laut. Tujuannya adalah mengidentifikasi wilayahwilayah
di Kab. Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan yang memiliki potensi kerentanan dan risiko
yang signifikan.
Dalam kajian ini, bahaya genangan akibat perubahan iklim di sektor pesisir diwakili oleh faktorfaktor
seperti perubahan tinggi muka air laut (TML), pengaruh pasang surut, El-NiƱo Southern
Oscillation (ENSO), dan gelombang badai. Skenario bahaya dibentuk melalui analisis data untuk
mengukur potensi bahaya akibat kenaikan permukaan air laut serta mempertimbangkan faktor banjir
darat tahunan. Proyeksi kerentanan pesisir mengandalkan metode indeks kerentanan pesisir (coastal
vulnerability index), sementara kerentanan lahan diukur melalui metode indeks kerentanan lahan (Land
Vulnerability index).
Analisis perbandingan data SPL dan TML mengungkapkan adanya korelasi positif,
mengindikasikan pengaruh perubahan iklim pada peningkatan permukaan air laut di Kab. Penajam
Paser Utara dan Kota Balikpapan. Faktor bahaya yang paling berdampak pada kenaikan permukaan air
laut adalah HHWL (161 cm), storm surge (77 cm) serta banjir darat (42 - 85 cm). Hasil proyeksi bahaya
menunjukkan bahwa skenario 6 memiliki tingkat bahaya yang sangat tinggi, dengan ketinggian berkisar
antara 241 hingga 375 cm (relatif terhadap MSL). Analisis peta kerentanan pesisir dengan metode CVI
didapat hasil wilayah dengan kerentanan kategori tinggi (rank 4) adalah Kec. Penajam (10,08 km, 48%)
dan Kec. Balikpapan Barat (16,37 km, 58%) dan kerentanan lahan didapat hasil bahwa sebagian besar
wilayah di dua Kab. ini memiliki kerentanan yang sangat rendah, terkait dengan topografi tinggi,
kemiringan lereng yang landai, dan populasi yang rendah. Kombinasi antara nilai bahaya dan
kerentanan menghasilkan proyeksi risiko yang menunjukkan bahwa wilayah Kab. Penajam Paser Utara
dan Kota Balikpapan memiliki tingkat risiko yang rendah terhadap kenaikan permukaan air laut.