Fragmentasi habitat akibat kerusakan pascatambang timah merupakan bagian kelemahan dari dominasi destruktivitas ekosistem di Bangka Belitung. Kegamangan terhadap kewajiban pemulihan lahan pascatambang TI menjadi ‘pekerjaan rumah’ besar tidak hanya bagi pemerintah, namun seluruh lapisan masyarakat Bangka Belitung. Kecepatan untuk reklamasi lahan masih kalah dibanding pertambangannya. Ide perancangan merujuk pada refleksi dari proses reklamasi dan harapan kembalinya kehidupan biodiversitas dalam ekosistem, dengan penghijauan kembali sebagai indikator pencapaian melalui intervensi arsitektur. Pemilihan lokasi studi kasus tesis yaitu area pascatambang Pelawan di Desa Namang, Bangka Tengah. Landasan argumen lokasi dinilai memiliki poin kritik di mana merupakan bekas ekosistem Hutan Pelawan. Pohon Pelawan menjadi indikasi tingginya kandungan timah dalam tanahnya, sehingga urgensi kerusakan berulang pada tapak tersebut juga cukup tinggi. Perancangan ini didasarkan atas gagasan eksperimental berupa intervensi arsitektural yang saling terintegrasi sebagai media pemulihan ekosistem pascatambang. Kriteria generik perancangan dalam tesis berangkat dari inti persoalan secara general sebagai prioritas pemulihan lahan pascatambang timah di Bangka, yaitu aspek lingkungan dan sosial. Ekonomi dan budaya (konteks Pelawan) merupakan aspek pendukung tentatif menyesuaikan potensi tapak secara spesifik, berperan dalam perumusan kriteria perancangan sebagai parameter desain agar menjadi kesatuan (unity).