digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR Imam Nugroho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Kesalahan dalam proses perakitan bogie adalah salah satu kesalahan manusia yang paling umum dalam industri manufaktur. Kesalahan dapat menyebabkan kecelakaan kerja, cacat kualitas, dan penundaan pengerjaan. Kecelakaan kerja merupakan salah satu jenis kesalahan yang paling jelas dan dapat dengan mudah diidentifikasi. Namun, kesalahan kecil dapat secara signifikan mengurangi kinerja operasional dan meningkatkan waktu produksi, biaya, pengerjaan ulang, dan tingkat kerusakan. Menghitung tingkat signifikansi bahaya yang mungkin terjadi dan memberikan informasi untuk digunakan dalam proses mitigasi risiko untuk meminimalkan dampak dari bahaya tersebut dikenal sebagai manajemen risiko. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai potensi kegagalan dalam proses berdasarkan probabilitas kejadian dan tingkat risikonya. FMEA bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan penilaian risiko berdasarkan Risk Priority Number (RPN) pada potensi kegagalan yang terjadi pada proses perakitan bogie. AHP digunakan untuk menentukan prioritas solusi atau mitigasi risiko yang terbaik dalam rangka mengatasi potensi kegagalan dalam proses perakitan bogie. Berdasarkan hasil perhitungan FMEA, potensi kegagalan dengan nilai RPN terbesar didapatkan pada kegagalan crane dalam mengangkat frame, spring yang jatuh saat diangkat, dan pipa yang patah/bengkok. Setelah melakukan perhitungan AHP, potensi kegagalan dengan nilai RPN terbesar tersebut dapat dimitigasi dengan standardisasi, perawatan, dan pengendalian proses. Dengan mengetahui potensi kegagalan dalam proses perakitan beserta nilai RPN-nya, dapat diimplementasikan solusi dan mitigasi risiko berdasarkan skala prioritas sehingga inefisiensi dapat diminimalkan.