digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tingginya kadar asam urat dalam tubuh berpotensi menimbulkan gout yaitu penyakit sendi yang disertai rasa sakit yang tidak memungkinkan penderita melakukan aktivitas secara nyaman. Kadar asam urat yang berlebihan dalam tubuh yang berlangsung kronis dapat mengakibatkan gagal ginjal. Asam urat diketahui mampu mempengaruhi sistem imun dan juga merupakan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskular dan diabetes. Berdasarkan etiologinya, selain faktor genetik, penyebab utama meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh adalah karena pola diet yang tidak normal, misalnya terlampau banyak mengkonsumsi makanan kaya purin dan kurang minum. Saat ini sudah ada beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengatasi hiperurisemia diantaranya: alopurinol yang bekerja menghambat aktivitas xantin oksidase yaitu enzim yang berperan penting dalam pembentukan asam urat dalam tubuh, probenesid, dan sulfinpirazon yang berperan mempercepat ekskresi asam urat. Akan tetapi obatobat tersebut tidak bebas dari efek samping yang merugikan tubuh. Alopurinol misalnya, dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan mensupresi sumsum tulang sehingga terjadi defisiensi elemen darah yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh. Mengingat hiperurisemia merupakan penyakit yang sangat serius, perlu diteliti obat anti asam urat yang lebih aman, berkhasiat dan berkualitas tinggi. Secara turun temurun, masyarakat menggunakan tumbul?an untuk mengatasi berbagai penyakit termasuk untuk mengobati hipevurisemia, seperti herba sidaguri, daun salam, daun sirsak, daun teh, dan lain-laill. Namun pemakaian tradisional ini umumnya belum disertai takaran yang pasti dan bukti ilmiah secara eksperimental. Pada penelitian ini, dipilih teh untuk dikaji lebih Janjut untuk mendapatkan takaran yang pasti dan bukti ilmiah khasiat farmakologinya. Teh merupakan minuman yang dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk dunia. Selain merupakan minuman yang sehari-hari dikonsumsi masyarakat dan sebagai antioksidan, serta untuk menjaga daya tahan tubuh, teh juga mengandung senyawa aktif yang diduga berpotensi mengatasi hiperurisemia. Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan menjadi teh tanpa oksidasi enzimatis (teh hijau), teh semi oksidasi enzimatis (teh oolong) dan teh oksidasi enzimatis (teh hitam). Sebagian besar teh yang diproduksi di Indonesia adalah teh hitam. Secara umum, ada dua sistem pengolahan teh di Indonesia yaitu sistem ortodoks dan sistem baru. Sistem ortodoks sendiri terdiri dari dua subsistem yaitu ortodoks murni dan ortodoks rotorvane. Sistem baru juga terdiri dari dua subsistem yaitu sistem Crushing-Tearing-Curling (CTC) dan sistem Lawrie Tea Processig (LTP). Teh hitam ortodoks rotorvane yang terdiri dari 15 jenis mutu yaitu Broken Orange Pekoe (BOP), Broken Orange Pekoe Fanning (BOPF), Pekoe Fanning (PF), Dust, Broken Pekoe (BP), Broken Tea (BT), Pekoe Fanning-ll (PF-11), Dust-ll, Broken Pekoe-ll (BP-11), Broken Tea-11 (BT-11), Broken Mixed (BM), Pekoe Fanning-lll (PF-111), Dust-lll, Bohea Bulu (BBL) dan Bohea Tulang (BTL) dipilih untuk diteliti khasiatnya dalam penelitian ini. Jenis mutu teh hitam ini diklasifikasikan atas dasar perbedaan kenampakan secara fisik yang meliputi warna, bentuk, ukuran dan berat jenis. Oleh karena belum banyak data tentang aktivitas farmakologi teh hitam berdasarkan jenis mutu tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi ke-15 jenis mutu teh hitam sebagai antioksidan dan aktivitasnya terhadap xantin oksidase serta sistem imun, dilanjutkan dengan isolasi dan karakterisasi senyawa aktif dari jenis mutu teh hitam yang paling potensial khasiat farmakologinya. Penelitian ini meliputi karakterisasi teh hitam, ekstraksi senyawa berkhasiat, uji khasiat farmakologi diikuti dengan isolasi dan karakterisasi isolat dari jenis teh yang efek farmakologinya paling potensial. Karakteristik teh hitam yang meliputi kadar air, kadar sari Iarut air, kadar abu total, kadar abu tidak Iarut air, kadar abu tidak Iarut asam, alkalinitas abu yang Iarut dalam air, dan serat kasar dilakukan dengan menggunakan metode yang tertera dalam SNI 01-1902 1995/1SO 3720 tahun 2011 tentang Teh hitam. Kandungan kimia teh hitam yang diteliti meliputi golongan alkaloid, tanin, kuinon, flavonoid, saponin dan steroid/triterpenoid diperiksa sesuai dengan metode yang tertera dalam Materia Medika Indonesia jilid II dan WHO. Katekin yang merupakan kandungan kimia utama pada teh, juga ditentukan dalam penelitian ini. Ekstraksi senyawa aktif dari ke-15 jenis mutu teh hitam dilakukan seperti penggunaan tradisional yaitu dengan cara menyeduh datam air panas. Khasiat farmakologi ke-15 jenis mutu teh hitam yang diteliti meliputi efek antioksidan, efek terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vitro dan efek imunostimulan secara in vivo. Khasiat antioksidan diuji dengan metode 1,1-dipheny-2-pircryl hidrazyl (DPPH); efek antihiperurisemia ditentukan melalui uji terhadap aktivitas xantin oksidase (XO) dan efek imunostimulan diuji secara in vivo pada mencit. Efek imunostimulan ke-15 grade teh hitam ditentukan melalui uji kemampuan fagositik sistem retikulum endoplasma dengan metode bersihan karbon dan penentuan titer dua sitokin yaitu interferon gama (IFN-Y) dan tumor necrosis factor-alfa (TNF-u) dengan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Ekstrak yang menunjukkan aktivitas tertinggi dalam menghambat XO dengan efek imunostimulasi terbaik dipilih untuk tahap penelitian lebih lanjut yaitu isolasi yang setiap tahapnya dipandu dengan uji aktivitas penghambatan XO. Isolat hasil permurnian selanjutnya dikarakterisasi menggunakan metode fisikokimia yang meliputi Spektrofotometri Ultraviolet Tampak, Spektrometri Massa (SM), dan Spektrometri Resonansi Magnet Inti (RMI). Data karakterisasi selanjutnya dielusidasi strukturnya. Hasil karakterisasi syarat mutu teh hitam yang mengacu pada SNI 01-19921995/1SO 3720 2011 menunjukkan bahwa ke-15 jenis teh hitam yang diteliti secara umum telah memenuhi kriteria mutu dengan hasil sebagai berikut: kadar air teh hitam berkisar 6,54-9,44% dengan syarat mutu S 8%; kadar ekstrak dalam air berkisar 32,87-39,12% dengan syarat mutu 32%; kadar serat kasar berkisar 12,20-18,02% dengan syarat mutu kadar abu total berkisar 5,17-6,37% dengan syarat mutu 4-8%; kadar abu larut dalam air berkisar 2,89-3,51% dengan syarat mutu 1,8%; kadar abu tidak larut dalam asam berkisar 0,06-0,28% dengan syarat mutu 61%; kadar alkalinitas abu larut air berkisar 0,79-1,41% dengan syarat mutu sebesar 1-3%. Hasil penapisan fitokimia memperlihatkan bahwa ke-15 jenis mutu teh hitam ortodoks rotorvane yang diuji semuanya mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, saponin dan triterpenoid. Hasil pengukuran kadar katekin menunjukkan kadar katekin ke-15 jenis teh hitam berkisar 2,49-10, 18% dengan kandungan tertinggi sebesar 1 0, 18% terdapat pada teh hitam jenis PF kemudian diikuti oleh BOPF (10, 13%), Dust (9,34%), BOP dan BT (6,03%). Hasil uji efek antioksidan menunjukkan bahwa kemampuan menangkal radikal bebas DPPH terbaik ditunjukkan oleh seduhan teh hitam jenis PF dengan nilai IC50 paling kecil yaitu 218 ug/mL, diikuti oleh BOPF (227 WmL), Dust (240 WmL), BOP (252 pg/mL) dan BT (260 ug/mL). Hasil uji terhadap aktivitas XO menunjukkan bahwa efek inhibisi aktivitas XO paling tinggi terjadi oleh ekstrak BOP dengan nilai inhibisi sebesar 61,58% kemudian diikuti oleh ekstrak BP (60,43%) dan ekstrak PF (57,01 %) pada konsentrasi 100 ug/mL. Hasil uji efek imunostimulan menunjukkan indeks fagositik tertinggi terjadi setelah pemberian ekstrak PF dengan nilai indeks fagositosik 1,41 kemudian diikuti oleh ekstrak BP (1,38), ekstrak BOP (1,36) dan ekstrak Dust (1 ,28) pada dosis yang setara dengan 20 mg/mL teh hitam dalam air. Berdasarkan hasil uji-uji khasiat farmakologi tersebut, selanjutnya ekstrak PF yang menunjukkan aktivitas terbaik dipilih untuk difraksinasi lebih lanjut dan diisolasi serta dikarakterisasi senyawa aktifnya. Fraksinasi ekstrak PF menghasilkan 3 fraksi, yaitu fraksi n heksana (0,04%), fraksi etil asetat (5,85%) dan fraksi air (86,3%). Hasil uji efek terhadap aktivitas XO menunjukkan fraksi etil asetat mempunyai potensi tertinggi dalam menghambat aktivitas XO dengan nilai inhibisi sebesar 71,38% kemudian diikuti oleh fraksi air dan n-heksana masing-masing sebesar 27,21% dan 12,51 Alopurinol yang digunakan sebagai pembanding dan untuk validasi metode uji terhadap XO menunjukkan daya inhibisi aktivitas XO sebesar 93,46%. Fraksi etil asetat yang menunjukkan aktivitas inhibisi XO teftinggi selanjutnya difraksinasi lebih lanjut. Hasil fraksinasi fraksi etil asetat diperoleh sebelas subfraksi dengan rendemen masing-masing subfraksi berkisar 1,21-4,25%. Hasil uji efek ke-l I subfraksi terhadap aktivitas XO memperlihatkan bahwa subfraksi-3 dapat menghambat aktivitas inhibisi XO dengan nilai inhibisi paling tinggi yaitu sebesar Subfraksi-3 selanjutnya dimurnikan lebih lanjut. Hasil pemurnian subfraksi-3 diperoleh empat isolat dengan kristal berwarna kuning dan selanjutnya dinyatakan sebagai isolat A (11,87 mg), B (19,01 mg), C (7,12 mg) dan D (6,16 mg). Hasil penetapan jarak lebur menunjukkan bahwa ke-4 senyawa tersebut murni. Hasil karakterisasi isolat dengan speketrofotometri ultraviolet-visible, spektrometri massa dan spektrometri resonansi magnetik inti menunjukkan bahwa keempat isolat tersebut masing-masing dinyatakan sebagai kaempferol (isolat A), kuersetin (isolat B), luteolin (isolat C) dan mirisetin (isolat D). Keempat isolat mumi tersebut selanjutnya diuji efeknya terhadap aktivitas XO, produksi IFN-Y dan TNF-a secara in vivo pada mencit. Hasil uji efek terhadap aktivitas XO menunjukkan bahwa inhibisi tertinggi diberikan oleh luteolin dengan IC50 sebesar 5,06 gg/mL kemudian diikuti oleh kaempferol (10,24 pg/mL), mirisetin (22,72 gg/mL) dan kuersetin (26,88 gg/mL). Hasil uji efek keempat senyawa dalam menstimulasi produksi IFN-Y dan TNF-u pada mencit uji menunjukkan kadar IFN-Y teffinggi terjadi pada kelompok mencit yang diberi kuersetin (14,45 pg/mL) kemudian kaempferol (13,61 pg/mL), luteolin (9,15 pg/mL), dan mirisetin (9,15 pg/mL); kadar TNF-u tertinggi terdapat pada kelompok mencit yang diberi luteolin (25,16 pg/mL) kemudian kuersetin (23,93 pg/mL), kaempferol (21,32 pg/mL) dan mirisetin (18,00 pg/mL). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ke-15 jenis teh hitam yang diuji sebagian besar memenuhi syarat mutu SNI 01-1902-1995/1SO-37202011. Dari ke-15 jenis teh hitam yang diuji ini, teh hitam dengan jenis mutu PF, BOP, Dust, dan BP memiliki khasiat antioksidan, efek terhadap aktivitas XO, dan efek imunostimulan yang potensial. Senyawa kimia utama yang berperan terhadap aktivitas PF adalah kuersetin, kaempferol, luteolin, dan mirisetin.