digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ani Riyani
PUBLIC yana mulyana

Peningkatan respon imun suatu imunogen dalam vaksin seringkali memerlukan penambahan adjuvan- Adjuvan dapat berupa lektin yang diperoleh dari tanaman seperti jakalin. Lektin tersebut merupakan glikoprotein yang diisolasi dari biji nangka (Ariocarpus heterophyllus Lamk). Hal ini didasarkan pada kemampuan jakalin untuk mengaktifkan sel T dan sel B dan menginduksi respon imun humoral. Selain itu interaksi jakalin pada karbohidrat yang terdapat di permukaan berbagai sel mamalia berpotensi sebagai pembawa virus avian influenza A (H5Nl) yang diharapkan dapat mengikat hemaglutinin virus tersebut. Penelitian diawali dengan isolasi jakalin dari biji nangka, karakterisasi jakalin, uji kemampuan pengikatan jakalin pada H5Nl , uji imunogenisitas secara in vivo pada mencit BALB/c dan uji proliferasi splenosit secara in vitro. Biji nangka dikeringkan kemudian diekstraksi dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 dan selanjutnya diisolasi dengan kromatografi afinitas menggunakan guargum yang disambungsilangkan dengan epiklorohidrin. Isolat jakalin dikarakterisasi dengan uji hemaglutinasi, kapasitas penghambatan hemaglutinasi oleh delapan jenis karbohidrat, konfirmasi fraksi mo!ekul menggunakan eletroforesis SDS-PAGE. Jakalin selanjutnya direaksikan dengan virus avian influenza A (H5N1) varian A/CK/WJ/PWT-WIJ/06 yang sudah diinaktivasi. Adanya interaksi jakalin dengan virus H5Nl (J-H5N1) dianalisis dengan penentuan tingkat aktivitas hemaglutinasi dan pengamatan morfologi menggunakan mikroskop electron dan secara in silico. Selain itu stabilitas J-H5Nl ditentukan pada berbagai pH dan suhu. Uji kemampuan jakalin sebagai adjuvan untuk meningkatkan immunogenisitas vaksin H5N1 dilakukan secara in vivo pada mencit BALB/c yang disuntik secara intra muscular dan dibooster setelah 14 hari, ditentukan titer hemaglutinasi (HA) sebagai penanda respons imun humoral dan kadar sitokin-yaitu IFN-y dan IL-12 sebagai indikator adanya respons imun seluler. Titer hemag\utinasi ditentukan me!alui uji penghambatan hemaglutinasi dan presipitasi, kadar IFN-v dan 11-12 dalam serum mencit yang diimunisasi dengan vaksin ini ditentukan melalui ELISA. Kemampuanjakalin sebagai adjuvan dalam kombinasi dengan H5Nl juga ditentukan secara in vitro dengan uji proliferasi splenosit menggunakan metode Rendemen isolat jakalin diperoleh sekitar 0,32%b/b terhadap serbuk kering biji nangka. Kebenaran isolat jakalin dikonfirmasi secara kualitatif menggunakan elektroforesis SDS-PAGE yang menunjukkan adanya dua pita dengan bobot molekul sekitar 14,4 dan 17,5 kl)a. Hasil karakterisasi jakalin menunjukkan fraksi pita protein yang sama dengan bobot molekul jakalin standar. Uji kemampuan jakalin berikatan dengan gula ditentukan dengan uji daya hambat hemaglutinasi, menunjukkan kespesifikan pengikatan terhadap galaktosa dengan konsentrasi terendah 6,25 mM. Data ini menunjukkan jakalin yang diisolasi berinteraksi dengan galaktosa. Hasil reaksi J-H5N1 menunjukkan penurunan aktivitas hemaglutinasi dari jakalin. Hal ini mengindikasikan adanya interaksi J-H5Nl pada pH 7 di suhu kamar. Selanjutnya interaksi J-H5Nl dikonfirmasi dengan pengamatan morfologi menggunakan TEM diperoleh bentuk virus sferik dengan ukuran antara 100-120 nm, jakalin berbentuk hampir bundar dengan ukuran 50-100 nm dan kombinasi antara jakalin dengan virus terlihat sebagai suatu gabungan yang menunjukkan adanya interaksi atau ikatan antara jakalin dengan virus H5N1. Interaksi J-H5Nl menunjukkan kestabi!an pada pemanasan sampai suhu 500C selama 30 menit dan rentang pH 4-8 yang ditandai dengan kemampuan menghemaglutinasi yang masih dapat dilihat pada titer HA (256). Hasil interaksi kimia secara in silico, galaktosa termetilasi memiliki afinitas yang tinggi terhadap jakalin, diketahui dengan docking sakarida terhadap jakalin. Hasilnya menunjukkan bahwa tiga jenis sakarida dengan energi bebas ikatan paling negatif adalah Metil-u-Gal, Metil-u-Man dan GalNAc dengan energi bebas ikatan berturut-turut sebesar -6,5; -6, 1; dan -5,7 kkal/mol. Hasil ini menunjukkan bahwa galaktosa dan manosa termetilasi diprediksi memiliki afinitas tertinggi, dan galaktosa termetilasi diketahui merupakan jenis sakarida yang umum terdapat pada H5. Pada uji imunogenisitas dengan 3 konsentrasi jakalin yang diuji yaitu 37,5, 50,0 dan 75,0 ug/mL yang dikombinasi dengan H5N1 (J37,s-H5N1, J50-H5Nl, .J75H5Nl), titer hemaglutinasi (HA) yang didapat adalah 2048 unit dimana titer ini berbeda bermakna dengan kontrol PBS dan H5N1. Hasil ini menunjukkan interaksi jakalin-H5Nl berpotensi meningkatkan respon imun humoral. Hasil pemeriksaan kadar IFN-Y dan IL-12 dari Jns-H5N1, Jso-H5N1, J75-H5N1 menunjukkan adanya peningkatan kedua sitokin secara bermakna (p<0,05) setelah booster dan kedua sitokin tertinggi didapat pada konsentrasi jakalin 50,0 gg/mL, IFN-y sebelum penyuntikan 18, 14+0,66 pg/mL dan sesudah penyuntikan 25,93±1,58 pg/mL dan IL-12 sebelum penyuntikan pg/mL dan sesudah penyuntikan 26,45±5,49 pg/mL. Peningkatan kedua sitokin tersebut juga terjadi setelah pemberian adjuvan alum-H5Nl, IFN-v sebelum penyuntikan 18,60+0,95 pg/mL dan sesudah penyuntikan 23,95±4,04 pg/mL dan IL-12 sebelum penyuntikan 16,35±4,45 pg/mL dan sesudah penyuntikan 25,40±3,59 pg/mL. Dengan menggunaan vaksin H5Nl komersial, IFN-Y sebelum penyuntikan 18,81±1,02 pg/mL dan sesudah penyuntikan pg/mL dan IL-12 sebelum penyuntikan 15,95±1,68 pg/mL dan sesudah penyuntikan 25,65±3,02 pg/mL. Data ini menunjukkan kedua jenis adjuvan yaitu jakalin dan alum dan vaksin H5Nl komersial mempunyai potensi yang sama dengan kombinasi jakalinH5Nl dalam meningkatkan respon imun seluler terhadap imunogenitas H5Nl. Selain respon imun selular dalam penelitian ini juga diuji kemampuan jakalin sebagai adjuvan dalam proliferasi splenosit yang diisolasi dari limpa mencit BALB/c dan dikultur dalam media RPMI 1640 dan ditetapkan dengan uji MTT. Hasil menunjukkan ketiga konsentrasi jakalin (J3,75-H5Nl, J5 0-H5Nl, J7 5-H5N1) dapat menginduksi proliferasi splenosit secara bermakna dengan induksi proliferasi paling tinggi setelah pemberian 5 gg/mL, juga setelah pemberian kombinasi adjuvan alum-H5Nl, dan vaksin H5Nl komersial, dimana hasilnya berturut-turut 187%, 182% dan 176%. Berdasarkan uji proliferasi splenosit dapat disimpulkan bahwa jakalin yang digunakan sebagai adjuvan mempunyai potensi yang sama dengan alum dan vaksin H5Nl komersial. Profil darah yang juga diamati selama uji imunogenositas menunjukkan bahwa pemberian vaksin uji (J37,s-H5Nl, Jso-H5Nl, J?s-H5Nl, alum-H5Nl, dan vaksin H5Nl) tidak berpengaruhi terhadap jumlah eritrosit, kadar Hb, kadar hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC. Data ini menunjukkan vaksin uji jakalin yang digunakan tidak mempengaruhi profil darah, tetapi dapat meningkatkan limfosit secara bermakna, dimana jumlah limfosit meningkat lebih tinggi pada kelompok yang diberi konsentrasi 50,0 ug/mL. Pengukuran indeks limpajuga dipantau dengan pemberian vaksin uji (J37,5-H5Nl, J50-H5Nl, J7s-H5Nl, alum-H5Nl, dan vaksin H5N!). Setelah pemberian vaksin uji J50-H5Nl, indeks limpa meningkat 14,3% terhadap PBS dan 15,2% terhadap H5Nl, dengan pemberian alum-H5Nl, indeks limpa meningkat 17,0% terhadap PBS dan 18,0% terhadap H5Nl, dan dengan pemberian vaksin H5Nl komersial, indeks limpa 0,8715±0,214 meningkat 14,7% terhadap PBS dan 15,6% terhadap H5Nl. Hal ini sebanding dengan hasil penentuan titer HI, IFN- y, 11=-12 dan indeks proliferasi splenosit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jakalin berpotensi sebagai adjuvan vaksin virus influenza A (H5Nl) varian A/CK/WJ/PWT-WIJ/06 dan kombinasi jakalin dengan virus H5Nl mempunyai imunogenisitas yang sama dengan penggunaan adjuvan alum dan vaksin H5Nl komersial.