digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemodelan dan interpretasi data seismik yang baik khususnya pada lapangan eksplorasi laut dalam memerlukan analisis yang lebih detail mengenai efek anisotropi serta hubungannya dengan parameter kualitas reservoir. Hingga saat ini belum ada studi lanjut mengenai analisis anisotropi terhadap parameter kualitas reservoir dan faktor penskalaan dari pengukuran dua jenis data yang berbeda (sampel core dan log sonic). Penelitian anisotropi menggunakan data sampel core dan data log dilakukan di Lapangan Sadewa yang merupakan lapangan ekplorasi laut dalam di Cekungan Kutai. Reservoir utama di lapangan ini adalah reservoir batupasir berumur Miosen Awal yang diendapkan pada lingkungan upper slope channel yang sudah terbukti mengandung hidrokarbon. Data yang digunakan pada penelitian ini, berasal dari dua sumur pemboran (DSA- 4 dan DSA-5ST1), dengan total 25 sampel core batuan yang diambil pada kedalaman sumur sekitar 3000 – 4000 m. Sampel-sampel ini kemudian dilakukan analisis petrografi sayatan tipis, core analysis (pengukuran porositas dan permeabilitas) dan pengukuran kecepatan ultrasonik. Pengukuran kecepatan ultrasonik pada data sampel core, menggunakan transduser 1 MHz dilakukan untuk mengukur kecepatan Vp dan Vs pada arah vertikal dan horizontal untuk perhitungan parameter anisotropi Thomsen’s. Sementara itu, data log sonic dipol 10-40 KHz dari kedua sumur, pada posisi kedalaman sampel core yang sama digunakan untuk mendapatkan parameter elastis (Vp, Vs, Poisson ratio, dll) dan parameter anisotropi Thomsen's. Analisis anisotropi pada data sampel core dan log, menunjukkan adanya hubungan yang linier antara parameter anisotropi dengan parameter kualitas reservoir yang dianalisis berdasarkan rock quality. Dimana hubungan linier tersebut terbagi menjadi dua kluster yang terpisah berdasarkan rock type yang kemudian dianalisis menggunakan model critical porosity. Hasil pemisahan kluster menunjukkan bahwa sampel dengan kualitas baik berhubungan dengan nilai critical porosity yang tinggi (> 0,257). Faktor dominan yang mempengaruhi besaran anisotropi adalah sampel dengan kehadiran porositas berupa interlayer hidrokarbon yang terbentukii pada saat sedimen mengalami mesodiagenesis atau burial diagenesis, yaitu ketika sedimen diendapkan lebih dari 2000 m atau diendapkan hingga kedalaman dengan temperatur. lebih besar dari 60 - 70?C. Rekahan dan interkalasi (berupa lensa siltstone) tidak terlalu berperan dominan pada kenaikan nilai anisotropi karena kehadiran keduanya berada pada tren anisotropi yang relatif rendah. Kehadiran interlayer hidrokarbon secara signifikan meningkatkan nilai anisotropi diakibatkan layering hidrokarbon yang secara tidak langsung meningkatkan kualitas reservoir (nilai permeabilitas dan porositas). Faktor penskalaan menggunakan parameter anisotropi dari pengukuran skala data core dengan data log dapat digunakan pada sampel dengan porositas intergranular yang dominan atau pada sampel dengan anisotropi yang relatif rendah (pada kasus ini dengan rata-rata ? = 0.14 dan rata-rata ? = 0.13). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas batuan reservoir secara signifikan mempengaruhi besaran parameter anisotropi baik pada skala data sampel core dan data log sumur.