Pemodelan dan interpretasi data seismik yang baik khususnya pada lapangan
eksplorasi laut dalam memerlukan analisis yang lebih detail mengenai efek
anisotropi serta hubungannya dengan parameter kualitas reservoir. Hingga saat ini
belum ada studi lanjut mengenai analisis anisotropi terhadap parameter kualitas
reservoir dan faktor penskalaan dari pengukuran dua jenis data yang berbeda
(sampel core dan log sonic). Penelitian anisotropi menggunakan data sampel core
dan data log dilakukan di Lapangan Sadewa yang merupakan lapangan ekplorasi
laut dalam di Cekungan Kutai. Reservoir utama di lapangan ini adalah reservoir
batupasir berumur Miosen Awal yang diendapkan pada lingkungan upper slope
channel yang sudah terbukti mengandung hidrokarbon.
Data yang digunakan pada penelitian ini, berasal dari dua sumur pemboran (DSA-
4 dan DSA-5ST1), dengan total 25 sampel core batuan yang diambil pada
kedalaman sumur sekitar 3000 – 4000 m. Sampel-sampel ini kemudian dilakukan
analisis petrografi sayatan tipis, core analysis (pengukuran porositas dan
permeabilitas) dan pengukuran kecepatan ultrasonik. Pengukuran kecepatan
ultrasonik pada data sampel core, menggunakan transduser 1 MHz dilakukan untuk
mengukur kecepatan Vp dan Vs pada arah vertikal dan horizontal untuk
perhitungan parameter anisotropi Thomsen’s. Sementara itu, data log sonic dipol
10-40 KHz dari kedua sumur, pada posisi kedalaman sampel core yang sama
digunakan untuk mendapatkan parameter elastis (Vp, Vs, Poisson ratio, dll) dan
parameter anisotropi Thomsen's.
Analisis anisotropi pada data sampel core dan log, menunjukkan adanya hubungan
yang linier antara parameter anisotropi dengan parameter kualitas reservoir yang
dianalisis berdasarkan rock quality. Dimana hubungan linier tersebut terbagi
menjadi dua kluster yang terpisah berdasarkan rock type yang kemudian dianalisis
menggunakan model critical porosity. Hasil pemisahan kluster menunjukkan
bahwa sampel dengan kualitas baik berhubungan dengan nilai critical porosity yang
tinggi (> 0,257). Faktor dominan yang mempengaruhi besaran anisotropi adalah
sampel dengan kehadiran porositas berupa interlayer hidrokarbon yang terbentukii
pada saat sedimen mengalami mesodiagenesis atau burial diagenesis, yaitu ketika
sedimen diendapkan lebih dari 2000 m atau diendapkan hingga kedalaman dengan
temperatur. lebih besar dari 60 - 70?C. Rekahan dan interkalasi (berupa lensa
siltstone) tidak terlalu berperan dominan pada kenaikan nilai anisotropi karena
kehadiran keduanya berada pada tren anisotropi yang relatif rendah. Kehadiran
interlayer hidrokarbon secara signifikan meningkatkan nilai anisotropi diakibatkan
layering hidrokarbon yang secara tidak langsung meningkatkan kualitas reservoir
(nilai permeabilitas dan porositas). Faktor penskalaan menggunakan parameter
anisotropi dari pengukuran skala data core dengan data log dapat digunakan pada
sampel dengan porositas intergranular yang dominan atau pada sampel dengan
anisotropi yang relatif rendah (pada kasus ini dengan rata-rata ? = 0.14 dan rata-rata
? = 0.13). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas batuan reservoir secara
signifikan mempengaruhi besaran parameter anisotropi baik pada skala data sampel
core dan data log sumur.