Data singkapan merupakan data terbaik untuk menganalisis fasies, fasies arsitektur dan lingkungan pengendapan. Secara lebih lanjut, analisis data singkapan dapat pula menjadi referensi untuk mempelajari kondisi bawah permukaan dari satuan batuan yang sama. Formasi Talangakar tersingkap pada daerah penelitian menyajikan perkembangan fasies dan fasies arsitektur dari Formasi Talangakar bagian bawah dan bagian atas (lazim dikenal sebagai Gritsand Member dan Transitional Member).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan fasies, fasies arsitektur, hubungan stratigrafi, dan prediksi kualitas reservoir Formasi Talangakar. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa pengukuran penampang stratigrafi, analisis kolom stratigrafi, analisis petrografi, analisis mikrofosil, analisis granulometri, dan analisis fosil jejak pada penampang stratigrafi dan sampel batuan yang diambil dari penampang stratigrafi.
Analisis yang didapat dari penelitian ini menunjukkan adanya 5 (lima) fasies pada Formasi Talangakar berupa Matrix-Supported, Massive Gravel (Gmm), Planar Cross-Bedded Sandstone (Sp), Sand, Silt, Clay (Fl), Paleosol (P), Coal and Carbonaceous Clay (C). Kelima fasies ini Menyusun fasies arsitektur berupa Mid-channel bar (Gmm, Sp); Floodplain (Fl); Levee (P), dan Swamp (C).
Analisis kolom stratigrafi memperlihatkan bahwa Formasi Talangakar di lintasan penelitian diawali oleh perkembangan Floodplain yang diikuti dengan kehadiran amalgamasi dari fasies arsitektur Mid-channel bar. Diatas amalgamasi tersebut berkembang fasies arsitektur Levee yang diikuti dengan fasies arsitektur Swamp yang bersifat transgresif. Kelompok fluvial yang menyusun bagian bawah dari penelitian dapat disetarakan dengan kelompok Formasi Talangakar bagian bawah yang kerap disebut Gritsand Member. Sedangkan endapan sistem transisi diatasnya dapat disetarakan dengan Formasi Talangakar bagian atas yang kerap disebut Transitional Member. Formasi Talangakar di daerah penelitian di endapkan secara tidak selaras di atas Formasi Kikim. Pada awal pengendapan Formasi Talangakar, morfologi lembah torehan sungai berperan kuat sehingga pada lintasan penelitian ketidakteraturan
morfologi torehan sungai tersebut menyebabkan Formasi Kikim seolah-olah hadir diantara interval Formasi Talangakar.
Formasi Talangakar merupakan reservoir utama yang terbukti menjadi interval akumulasi hidrokarbon komersial di Cekungan Sumatra Selatan. Analisis sampel batuan dari lintasan penelitian menunjukkan bahwa perkembangan porositas berkaitan dengan sistem pengendapannya. Hal ini terlihat bahwa fasies arsitektur Mid-channel bar yang merupakan fasies dengan kekasaran butir paling besar sehingga dapat dikatakan bahwa fasies arsitektur Mid-channel bar merupakan kandidat reservoir terbaik pada Formasi Talangakar. Data petrografi menunjukkan fasies arsitektur Mid-channel bar memiliki rata-rata porositas sebesar 22,5 % dan tergolong kedalam porositas yang sangat baik. Data pengamatan di lapangan menunjukkan permeabilitas batuan pada fasies arsitektur Mid-channel bar tergolong kedalam permeabilitas yang baik.