digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Cover Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 1 Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 2 Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 3 Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 4 Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 5 Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Bab 6 Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi


Lampiran Yoga A 22007001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Formasi Rajamandala di daerah Padalarang Jawa Barat merupakan batuan karbonat yang yang diendapkan pada umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Batugamping Formasi Rajamandala telah mengalami berbagai macam proses geologi dan salah satunya adalah proses diagenesa. Tahapan diagenesa yang dialami batuan karbonat dimulai bersamaan dengan proses pengendapan, dilanjutkan pada kondisi pemendaman hingga kondisi ekspos di permukaan saat ini. Sebanyak 42 conto batuan diambil dari tiga jalur pengukuran penampang stratigrafi di Gunung Bancana, Gunung Masigit dan Gunung Pawon, untuk kemudian dilakukan analisis petrografi yang meliputi analisis fasies karbonat untuk mengetahui penyebaran fasies karbonat secara lateral dan vertikal, dan analisis tahapan diagenesa yang telah dialami batuan, dilihat dari perkembangan semen, pelarutan, perubahan mineralogi dan deformasi yang dialami material penyusun batuan. Hasil analisis menunjukkan fasies karbonat yang berkembang di Bancana, Masigit, dan Guapawon bagian bawah tersusun atas asosiasi fasies foraminifera - red algae packstone. Bagian tengah berupa asosiasi fasies platy coral bindstone - framestone, sementara bagian atas tersusun atas fasies foraminifera packstonewackestone. dan coral rudstone. Gejala diagenesa marin yang dialami batuan ditunjukkan oleh adanya mikrit, semen fibrous isopach, dan sementasi pada bagian dalam butiran dan ruang antar butiran. Diagenesa pada lingkungan vados ditunjukkan oleh adanya pelarutan dan meniscus cement/mikrostalaktit. Diagenesa pada lingkungan meteorik ditunjukkan oleh adanya pelarutan dan pengisian lubang hasil pelarutan oleh semen blocky. Gejala dolomitisasi juga dijumpai pada beberapa conto. Diagenesa pada lingkungan burial ditunjukkan oleh adanya perekahan butir, stilolit, dan sementasi drussy sparit. Porositas secara umum relatif kecil, antara 1-2%, di mana porositas primer tidak berkembang, sementara porositas sekunder yang berkembang berupa vug dan channel yang sebagian besar berasosiasi dengan stilolit. Tipe porositas yang lain yang berkembang adalah pori interkristal yang berasosiasi dengan dolomit.