digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada tahun 2017, PT Nusantara Hulu Kalimantan (PT NHK; bukan nama perusahaan sebenarnya) berdasarkan Kontrak Kerja Sama Blok Kalimantan mendapatkan kewenangan untuk mengoperasikan lapangan migas dari pemerintah dengan model PSC Cost-Recovery. PT NHK tidak mengoperasikan lapangan yang baru. Perusahaan yang mengoperasikan lapangan di Kalimantan Timur dan Utara ini, lapangan yang ditangani telah mencapai tahap matang dan memiliki tantangan tersendiri dalam mengendalikan laju penurunan produksi yang terjadi akibat penurunan alami. Namun masih ada beberapa lapangan di dalamnya yang memiliki potensi namun belum dikembangkan oleh operator sebelumnya. Salah satunya adalah Lapangan Bingkadalu. Bingkadalu sebagai lapangan yang mempunyai potensi gas yang siap dikembangkan, terletak di bagian utara dari Kalimantan Utara, yang secara geografis sangat jauh dari lapangan produksi yang ada (di Kalimantan Timur). Oleh karena itu, untuk pengembangannya, lapangan ini membutuhkan konsumen gas terdekat dan harus membangun fasilitas sendiri untuk menyalurkan gas ke konsumennya. Alokasi gas yang diperoleh dari Kementerian ESDM (dirilis pada tahun 2020) menyatakan bahwa potensi monetisasi gas akan diarahkan ke Kilang Metanol di pulau terdekat (Pulau Bunyu) yang saat itu berpotensi untuk reaktivasi. Proyek ini sempat tertunda selama beberapa tahun sebagian besar karena belum ditemukannya kesepakatan harga yang sesuai (antara PT NHK dan Kilang Metanol) untuk mengembangkan potensi gas Bingkadalu yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keekonomian blok PT NHK yang kondisinya saat ini cukup marginal. Selain itu, seiring berjalannya waktu, rencana aktivasi Kilang Metanol juga belum menunjukkan kemajuan yang jelas karena Perusahaan yang akan mengelola Kilang Metanol harga gas yang lebih rendah dari yang sudah ditetapkan di dalam persetujuan Plant of Development. Kajian penelitian ini membahas tentang bagaimana cara memonetisasi potensi gas di lapangan Bingkadalu dan bagaimana cara agar keekonomian blok PT NHK tidak semakin menurun dibandingkan dengan kondisi saat ini ketika melakukan monetisasi. Untuk mencapai hal ini, beberapa tujuan penelitian ditentukan. Keekonomian proyek harus dihitung ulang dengan menggunakan kondisi parameter terkini untuk mendapatkan harga gas yang sesuai dan kemudian mencari pembeli alternatif menjadi prioritas (karena calon pembeli yang sudah ditunjuk oleh pemerintah melalui penetapan alokasi gas, belum menunjukkan kemajuan yang jelas dalam rencana mengaktifkan kembali Kilang Metanol). Setelah itu melakukan pengajuan kembali ke pemerintah terkait perubahan calon pembeli dan penetapan alokasi untuk monetisasi gas, serta pengajuan insentif berupa perubahan ketentuan fiscal yang spesifik untuk PSC (production sharing contract) PT NHK. Melaksanakan proyek dengan harga gas yang kompetitif dan insentif tambahan sesuai ketentuan PSC merupakan alternatif terbaik untuk penelitian ini.