digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Peradaban teknologi elektronik-digital telah merubah cara manusia beroperasi hari ini. Kemudahan yang ditawarkan perangkat pintar membentuk kebiasaan baru individu dimana sistem digital dapat menciptakan ruang virtual untuk mengkompilasi konsepsi ruang-waktu. Fenomena hyperconnectivity memungkinkan manusia terhubung dengan siapapun dan kapanpun. Keterhubungan ini tidak memberi jeda bagi manusia untuk memproses konsekuensinya. Hal itu membuat penulis mempertanyakan kembali mengenai ruang virtual dan aktual serta kesadaran manusia dalam memahami ruang tersebut. Penulis memahami ruang interaksi tersebut sebagai realitas yang berbeda dimana layar merupakan batasan yang memperjelas posisi masing-masing realitas tersebut. Minim kesadaran akan batasan ruang realitas tersebut membuat batasan itu sendiri semakin bias. Keakraban individu dengan realitas virtual membuat jarak yang semakin besar dengan realitas aktual. Dalam karya ini penulis berusaha menghadirkan kedua realitas tersebut secara bersamaan sebagai pemantik pemikiran apresiator akan ruang realitas yang hadir berdampingan tersebut. Gagasan visual pada karya ini adalah dengan menampilkan simulasi sebuah pameran seni. Pensuasanaan ruang pamer dibangun untuk menciptakan atmosfer keakraban apresiator dengan aktivitas dan interaksi yang terjadi di ruang pamer. Pada saat yang bersamaan penulis menggunakan perangkat digital untuk mengkonstruksi pesan dari keseluruhan karya dan membuat disrupsi pada simulasi pameran tersebut. Melalui karya interaktif berupa QR code yang dapat diakses melalui perangkat pintar, penulis mengajak apresiator untuk dapat hadir dalam ruang aktual dan virtual pada saat yang bersamaan. Bahasa metafor dipilih untuk menyampaikan pesan dari karya. Layar sebagai metafor dari batasan antara dua realitas menampilkan sebuah paradoks dalam menyikapi realitas yang ditampilkan dalam karya. Melalui karya instalasi yang terdiri dari video, suara, dan augmented reality ini, penulis mencoba menghadirkan realitas aktual dan virtual yang dapat diakses pada waktu yang bersamaan namun dengan logika yang berkebalikan. Upaya ini dilakukan dengan harapan agar apresiator dapat berpikir kembali posisinya sebagai individu yang dihadapkan dengan dua realitas tersebut dan bisa menyikapi keberadaannya dalam peradaban teknologi elektronik-digital hari ini.